EdukasiZona Sekolah

Buku Pendidikan Sejarah Diusul Perbaiki

×

Buku Pendidikan Sejarah Diusul Perbaiki

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI salah satu relief yang terukir di candi Borobudur. (foto: liputan6.com)

HARIANHALMAHERA.COM– Pendidikan sejarah yang diajarkan selama ini lewat buku teks, dinilai penting untuk dilakukan perbaikan ulang. Sebagaimana kata Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Profesor Hariyono, perbaikan ini tak lepas dari temuan dan fakta baru dalam ilmu kesejarahan.

Menurut Hariyono, perbaikan ulang buku pendidikan sejarah itu penting dilakukan karena isi pembelajaran sejarah selama ini lebih sering menonjolkan Indonesia sebagai objek atau penerima budaya semata.

“Bukan sebagai subjek berkembangnya sebuah peradaban,” kata Guru Besar Sejarah Politik, Universitas Negeri Malang (UM) ini kepada wartawan dalam salah satu kegiatan di Hotel Atria, Kota Malang, dikutip dari republika.co.id.

Hariyono mencontohkan bagaimana penempatan budaya Dongson (zaman perunggu, red) dalam buku sejarah. Perkembangan budaya ini lebih dikenal terjadi di Lembah Sông Hồng, Vietnam. Padahal, ia melanjutkan, karakter Dongson sudah terlebih dahulu hadir di Ternate sehingga usianya lebih tua.

Contoh lain, dia menambahkan, terkait relief alat musik yang tertera di Candi Borobudur. Relief itu menjabarkan sejumlah peralatan musik di masa lampau, seperti kendang, seruling dan sebagainya. Alat-alat ini sekarang ternyata tidak hanya digunakan di Indonesia, tapi juga negara lainnya.

Dari fakta baru tersebut, maka muncul sejumlah pertanyaan di dalam kebudayaan Indonesia. “Apakah alat musik itu dibawa bangsa luar ke Indonesia atau nenek moyang kita yang membawa dan memperkenalkan itu ke berbagai negara?” tegasnya.

Menurut Hariyono, temuan baru tersebut jelas menjadi fakta yang harus digali. Ia menegaskan sejarah pada dasarnya bukan sekedar mengenang masa lalu melainkan menjadi rujukan bagi masyarakat untuk lebih baik lagi ke depannya.

Dia mengajak, seluruh masyarakat terutama peminat sejarah untuk mengubah pola pikirnya terkait Indonesia. Indonesia nyatanya bukan sekedar objek maupun penerima budaya semata melainkan negara yang juga menjadi subjek dalam peradaban dunia.

Tak lupa juga, ia mendorong, agar hasil penelitian sejarah dapat membangun kepercayaan diri bangsa. Sebab, ia yakin, banyak penelitian menunjukkan Indonesia sesungguhnya berperan aktif dalam perkembangan kebudayaan.(rep/fir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *