EdukasiHalutZona Sekolah

Infrastruktur Pendidikan Kao Barat Butuh Perhatian Serius

×

Infrastruktur Pendidikan Kao Barat Butuh Perhatian Serius

Sebarkan artikel ini
MIRIS: Kondisi SD di Desa Bailengit Kecamatan Kao Barat. (foto: istimewa/Harian Halmahera)

HARIANHALMAHERA.COM–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halmahera Utara (Halut) khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud), dinilai acuh dengan kondisi infrastruktur pendidikan yang ada di Kecamatan Kao Barat.

Tokoh pemuda Desa Bailengit Mutlaben Kapita membeberkan, ada SMA yang masih berdinding papan. Karena kurang diminati, akhirnya ditutup. Lebih memiriskan lagi kondisi hamper semua bangunan SD kondisinya rusak parah. Salah satunya SD Bailengit.

“Kondisi ini sudah beberapa kali dilaporkan kepada pemerintah maupun kepada legislator yang turun kunjungan kerja. Namun, sampai saat ini tidak ada tindakan dari pemerintah. Beberapa usulan lewat wakil rakyat juga terkesan diabaikan,” kata Mutlaben.

Dia juga menyebut, selain saranan bangunan sekolah, fasilitas yang ada juga terbilang jauh tertinggal dibanding sekolah lain. Demikian pula penempatan guru, sangat kekurangan. “Hampir semua sekolah di Kao Barat gurunya paling banyak empat orang. Itupun hanya dua orang yang PNS, sisanya honorer,” ujarnya.

Mutlaben turut mengkritisi anggaran BOS yang semestinya dipakai untuk kebutuhan sekolah, hanya habis digunakan untuk bayar gaji honorer. “Ini karena anggaran BOS yang diterima cukup kecil. Kondisi sekolah-sekolah di daerah terisolir seperti Kao Barat dan Loloda, jauh dari perhatian pemerintah,” tandasnya.

Meski belum diperoleh konfirmasi dari Disdikbud terkait kondisi sekolah di Kecamatan Kao Barat, namun dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Halut 2018 dalam buku Kecamatan Kao Barat Dalam Angka 2019 yang diunduh dari laman https://halutkab.bps.go.id, ada 18 SD yang terbagi 15 negeri dan 3 swasta.

Jumlah murid paling sedikit di SD Inpres Toliwang B hanya 15 murid. Paling banyak siswa di SD GMIH Soamaetek sebanyak 203 siswa. Kemudian, dari data yang disajikan, ternyata ada sekolah yang hanya memiliki satu orang guru, yakni di SD Negeri Pitago. Padahal, jumlah siswanya 103 orang. Berbeda di SD Inpres Toliwang A hanya 65 murid namun memiliki enam orang guru.

Sementara rata-rata ruang kelas sebanyak enam ruangan. Ada yang hanya memiliki empat ruang belajar, ada hingga tujuh kelas. Dari 18 sekolah ini, hanya enam SD negeri yang memiliki ruangan perpustakaan. Hanya saja, data yang disajikan BPS tidak merinci kondisi fisik bangunan sekolah.(dit/fir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *