Opini

Armydock dan Hegemoni Sekutu di Morotai

×

Armydock dan Hegemoni Sekutu di Morotai

Sebarkan artikel ini

Oleh: Asmar Ali Rahim

PNS, Penggiat di Yayasan AIR dan Yayasan AJAR

 

MOROTAI, Negeri Indah di bibir Pasifik. Bak peri dari Nirwana, Morotai Memanglah kesohor. Pulau nan eksotik ini, memendam sejarah pertempuran antara Jepang dan Sekutu. Putih pasirnya, memancar kelap. Sepoi angin menghardik mata, mengantar riuh di tapal permimpian.

Armydock pantai landai menyimpan pesohor. Sejuta pesona terhidang ria di pantai Armydock. Airnya bening, jernih dan  mengkilap. Pasirnya putih berbulir bulir.Matahari menguncup, bak bunga yang lagi mekar. Senja indah mematri tajam di pantai ini. Elokan awan seakan menari, beriring mesra dengan mentari. Nun jauh disana,  tahta mentari,  berlahan hilang di jeruji gunung, gemilau cahaya kekuningan sang mentari, menjuntai rapi di onggokan pantai. Tatap mata tak berkedip, memandangi mentari yang membenam.

Armydock,  pantai kesohor di selatan Daruba. Ragam transport tersedia di kota Daruba. Dengan jarak yang lumayan dekat—3 km—hanya memerlukan waktu kurang dari 10 menit untuk sampai ke Armydock. Gazebo-gazebo kecil tertata rapi di seantero pantai, kursi-kursi di susun indah menghadap laut.

Pantai ini memanglah pongah, dan tentu saja sangat layak untuk berpongah. Tentara-tentara pemberani dan patriot,  pernah hidup,  bertempur dan mati di pantai ini. Apakah kematian mereka,  berbungkus tebalnya semangat dan panggilan patriotism, yang oleh karenanya patut diganjar dengan terminology syahid dan ujungnya adalah syurga?? atau kematian mereka lebih disebabkan  oleh tajamnya gerigi kolonialisme?? Sejarah keadaban umat dunia, yang akan memebrikan testimony obyektifnya.

Sejarah heroisme Armydock dan Morotai pada umumnya, tidak bisa dipisahkan dari nama-nama beken,  besar dan kesohor, seperti Jenderal Mac Arthur di pihak sekutu,  dan Toreo Nakamura, sang prajurit hebat yang memilih hidup di belantara Morotai yang senyap, selama kurang lebih 30 tahun.

Douglas Mac. Arthur sang Jenderal cinclong Amerika—lahir 26 Januari dan meninggal 5 April 1964 dalam usia 84 tahun, tercatat sebagai satu-satunya jenderal bintang lima, di korps Angkatan bersenjata Amerika. Pada tahun 30-an Mac Arthur pernah menjabat sebagai kepala Staf Angkatan Darat Amerika. Mac Arthur pernah juga mendapat medali kehormatan tertinggi, yaitu Medal of Honor, atas jasa-jasa besar,  selama bertugas di Philipina.

Personalitas seorang Mac. Arthur memanglah digdaya.Kata-kata penabuh semangat, pengayuh mesin heroism, pernah lahir dari mulut Mac. Arthur. Suatu saat, dalam salah satu pertempuran berdarah dengan Jepang di Philipina, Mac. Arthur Bersama pasukannya pernah dipukul dan terpukul mundur.

Dalam suasana pahit dan galaunya hati, atas derita kekalahan ini, Mac. Arthur pernah, menyampaikan pesan dan peringatan keras ke pihak musuh,  bahwa badai kebencanaan dan malapetaka,  akan datang mengoyak,  seluruh dimensi dan prototipe pertahanan musuh. Pernyataan heroism dan patriotikal Mac. Arthur, pada akhirnya menjadi kenyataan. I“Shall Return” (Saya akan kembali). Dan memang sang Jenderal kembali ke Philipina,  mengoyak basis-basis pertahanan Jepang, bahkan sampai merebut benteng pertahanan terkuat, yaitu Iwojima.

Tanggal 15 September 1944, saat tantara sekutu sedang mendaratkan pasukan-pasukan elit dari  berbagai kesatuan, baik darat laut dan udara di  pantai Armydock, pihak Jepang yang memang terlebih dulu  tiba dan bermarkas di Morotai, melakukan penyusupan di pusat-pusat pertahanan tantara sekutu di sepanjang pantai Armydock.

Pihak Jepang sebenarnya menyadari sepenuh-penuhnya, kalau mesin perang mereka, tidak akan bisa menangkis atau memberikan perlawanan yang seimbang atas gempuran balik tentara sekutu. Saat itu, mesin perang Amerika dari matra laut menurunkan berbagai macam tipe kapal perang yang canggih dan perkasa.

Kapal-kapal perang sekutu, terdiri dari kapal Fregat, Jelajah tempur, korvet Landing platform Dock, kapal perusak, kapal perusak berpeluru kendali, kapal siluman serta kapal induk. Sementara pasukan yang sedang dan sudah mendarat, kurang lebih berjumlah 65 ribu personil. Sementara pihak Jepang,  secara kuantitatif, hanya berjumlah kurang lebih 500-1000 personil.Kekurangan personil tantara, menyebabkan Jepang menderita kekalahan.

Tahun 1944 sampai 1945, pantai Armydock sudah sangat metropolis. Listrik menyala dengan sangat terangnya. Sekutu membangun pusat-pusat tenaga listrik berkekuatan tinggi. Malam hari, lampu berkelap-kelip, memancar menerangi jagat gelap. Jaringan air di bangun di mana-mana. Tentara sekutu,  tidak pernah kekurangan air. Walau panglima tertinggi sekutu—Jenderal Douglash Mac Arthur, memilih bermukim di Pulau Zum-Zum, tapi  ruh dan geliat Armydock, lebih menterang.

Memang, saat itu, Armydock memanglah digdaya, karena sebagian besar aktifitas meliter,  administratif serta aktifitas sosial dan medis,  berlangsung disini. Sementara Pulau Zum-zum yang sensual,  hanya dijadikan sebagai tempat merancang  rencana,  taktik dan strategy untuk memukul dan merobek-robek pertahanan Jepang,  baik di Morotai,  Philipina,  bahkan sampai ke Iwojima di Jepang.

Memang, pertahanan Jepang di Morotai terbilang lemah. Dalam The Aproach to The Philipenes,  Robert  Roos Smith, mengutip data Inteligen mengatakan, kalua basis pertahanan terkuat Jepang, bukan di Morotai,  tapi justru di Halmahera. Berdasarkan laporan inteligen inilah, Mac Arthur lebih memilih Morotai untuk di jadikan basis pertahanan dalam rangka menaklukan hegemoni Jepang di Morotai, Philipina bahkan sampai ke Iwojima.

William Manchester dalam  Mac.Arthur: Sang Penakluk menulis,  bahwa Jenderal Douglas telah memimpikan, kalua Morotai akan dijadikan markas Jepang. Dan pada tanggal 30  Agustus 1944 Jenderal Douglash benar-benar mendarat di Hollandia—nama Jayapura saat itu—bersama pasukan elitnya. Tak lama di Hollandia,  tanggal 15 September sang Jenderal,  dengan menaiki kapal penjelajah legendaris—Nashville—, bertolak Menuju Morotai. Armada tempur laut dibawah pimpinan kapal penjelajah Nashville, dikawal berbagai jenis dan mesin perang canggih dan mematikan, seperti kapal fregat, kapal jelajah tempur, kapal perusak Korvet  dll.

Pada tanggal 16 September tatkala mentari masih sepenggal naik, pasukan sekutu, dari resimen divisi 31 dibawah pimpinan Mayjen John Cecils Persons, mulai menabuh genderang  perang.Mesin perang canggih dikerahkan.Main battle Tank (tank tempur utama), kendaraan tempur infanteri, Tank Distroyer dan lain-lain, turut ambil bagian dalam hari-hari awal pertempuran dengan pihak Jepang.Sementara itu, senjata-senjata serbu mematikan seperti  Artileri Swa Gerak, Meriam serbu,  senjata penangkis udara, terlibat aktif dalam pertempuran.

Gerak maju pasukan sekutu, kurang mendapat  perlawanan dari armada tempur Jepang. Dan sejarah peradaban pertempuran di Armydock,  menjustifide,  bahwa pasukan Sekutu memanglah digdaya. Dengan jumlah tantara terlatih sebanyak 65 sampai 70 ribu personil, Jepang memanglah kerdil. Bahkan dibilang tidak berarti. Dalam beberapa jam saja, tentara sekutu sudah dapat merebut kantong-kantong pertahanan Jepang, bahkan sekitar jam satu siang, sekutu berhasil menaklukan basis pertahanan Jepang di Pitu.

Gerak maju pasukan sekutu tak mampu dibendung pihak Jepang,  dan pada tanggal 17 September, Resimen Infanteri ke 126, merangsek ke pusat-pusat pertahanan Jepang, bahkan di hari itu juga pasukan sekutu berhasil menganeksasi beberapa pulau di pantai barat Morotai. Dalam pertempuran itu, Jepang banyak mengalami kerugian. Satuan-satuan Radar  yang terpasang di tempat-tempat strategis, kendaraan tempur pengangkut pasukan, turut hancur.Walau terdesak, tantara-tentara Jepang tetap bertahan, mempertahankan wilayah pendudukannya.

Nilai dan semangat patriotic tantara Jepang, mengalir deras dalam dada dan sanubari. Mereka bertempur sampai titik darah penghabisan. Sementara itu, laju tantara-tentara sekutu tak lagi bisa dibendung pihak Jepang. Siring dengan itu,  sekutu memperkuat system pertahanan, dengan membangun stasiun-stasiun Radar, disekitar pantai yang dianggap strategis. Seiring dengan gencarnya serbuan, pasukan sekutu  dari divisi ke 31 bahu membahu membangun sarana – sarana,   militer—rumah sakit, asrama tantara, pangkalan udara dll.Pada akhirnya, Amerika benar-benar menguasai Morotai.

Ratusan pesawat tempur lalu Lalang diatas langit Morotai. Pesawat pesawat tempur canggih kala itu, memang merajai jagat udara Morotai, philipina sampai Jepang.Pesawat legendaris sekutu type F6F Hellicat berkemampuan aerodinamis,  serta manufer mematikan, benar-benar dianggap iblis pembawa petaka, khususnya dalam perang Pasifik.

Sejarah kejatuhan Jepang di Morotai patutlah di Kenang. Dan Armydock benar-benar merepresentasi, hegemoni keunggulan, kedigdayaan dan kemashuran Amerika di Morotai. Historia Magister Vitae (sejarah adalah guru kehidupan). Dan sejarah kejatuhan Jepang di Morotai, telah menyadarkan kepada kita semua, bahwa nilai-nilai patriotism (hubbul gerigi wathan), cinta tanah air, rela mati demi menebas gerigi kedurjanaan, mesti terpatri kuat dalam sanubari kita semua.

Kini Armydock telah bermetamorfosis, menjadi elok tempat orang bersuka ria. Bangkai kepongahan Amerika di Armydock masih terlihat. Jembatan tempat pendaratan tantara sekutu, walau telah buram dihantam zaman, masih terlihat. Di atas jembatan yang senyap, warna langit berubah jingga tatkala hari tertutup malam. Sunset di Armydock, bakal melenakan pikir di ufuk qalbu. Semerbak harum menusuk hidung, merampas kalut, berganti sumringah. Armydock, pantai beken penghardik lara.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *