FootballOlahraga

Latihan Terpisah 1.500 Kilometer

×

Latihan Terpisah 1.500 Kilometer

Sebarkan artikel ini
Suporter salah satu klub Luga Super Tiongkok. GETTY IMAGES

HARIANHALMAHERA.COM – Awan gelap yang menggelayut di langit Wuhan, Tiongkok, karena pandemi korona mulai tersingkap. Buktinya, dalam beberapa hari terakhir, tidak ada laporan kasus Covid-19 lokal baru yang terjadi. Hal tersebut berbanding lurus dengan kejelasan nasib dua klub sepak bola asal Provinsi Hubei itu, Wuhan Zall dan Wuhan Three Towns.

Seperti dilansir AFP, sejak Januari, para pemain Wuhan Zall dikarantina ke Spanyol untuk menghindari pandemi korona yang merebak di Wuhan. Tetapi, ternyata Spanyol saat ini mulai terjangkit virus tersebut dan memaksa mereka pergi. Apesnya, Wuhan belum mencabut status lockdown. Jadilah para pemain Zall singgah terlebih dahulu di Shenzen. Mereka dikarantina dua pekan ke depan sembari menunggu dicabutnya lockdown Wuhan.

Praktis, mereka bakal melakoni latihan di Shenzen. Sebab, Liga Super Tiongkok akan dimulai pada 18 April. Itu bergeser nyaris dua bulan dari jadwal awal pada 22 Februari yang diundur karena pandemi korona.

’’Setelah periode isolasi di Shenzhen, Zall akan melanjutkan latihan,’’ bunyi pernyataan resmi Zall. Sebelum mendarat di Shenzen, Zall terdampar di Frankfurt untuk sementara waktu ketika berusaha menemukan penerbangan kembali ke Tiongkok.

Baca Juga: Masih Ada yang Rutin Berlatih

’’Saudara’’ Zall, Three Towns, mengalami nasib nyaris serupa. Bedanya, klub kasta ketiga kompetisi di Tiongkok itu tak sampai ’’diasingkan’’ ke negara lain untuk menyiasati pandemi korona.

Mereka memiliki cara unik dengan memisahkan sebagian anggota tim meski tidak ada satu pun pemain yang positif Covid-19. Perinciannya, 10 pemain dikarantina sejak Januari di Wuhan dengan ditemani asisten pelatih Yu Chen. Mereka berusaha tetap bugar dengan melakukan latihan dasar di rumah selama satu jam setiap hari. Lima hari seminggu.

Sementara itu, 14 pemain lainnya ’’mengungsi’’ sejauh 1.500 kilometer dari tim karantina. Tepatnya di Pulau Hainan. Mereka didampingi pelatih kepala Albert Garcia. Seperti 10 rekannya di Wuhan, mereka yang berada di Hainan juga menjaga kondisi. Meski, belum ada kepastian kapan League Two digelar setelah penundaan pada jadwal awal 14 Maret.

’’Itu kesulitan terbesar (berlatih terpisah, Red). Kami semua cemas mengenai kesehatan keluarga kami dan tidak tahu apakah mereka terinfeksi dan bagaimana nasib mereka. Terlepas dari itu semua, kondisi saat ini bak berkah di tengah kemalangan,’’ ucap Yu.(jpc/pur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *