Editorial

Fatal dan Lalai

×

Fatal dan Lalai

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi: Tim medis covid-19 Halut saat menjemput pasien berinisial Z. Foto: facebook

FATAL dan lalai. Itulah yang terjadi di Kabupaten Halut, Sabtu (18/4). Artinya, pencegahan penyebaran virus corona (covid-19) perlu di sosialisasikan lagi. Tidak hanya kepada masyarakat, tapi juga tim covid dan aparat pemerintahan, khususnya tingkat desa.

Fatal karena pasien sudah melanggar semua standar operasional prosedur (SOP) pencegahan covid-19. Dari tidak melaporkan diri saat tiba, tidak melaksanakan karantina mandiri, hingga bikin drama kejar-kejaran bersama aparat sampai tengah malam.

Fatal karena ulah satu orang bisa menyebabkan puluhan bahkan ratusan orang sakit. Mulai dari keluarga sendiri, tetangga, bahkan orang lain meski tidak saling kenal. Ini bukan penyakit yang hanya bisa dirasakan sendiri, seperti Anda tidak makan, maag datang.

Fatal karena ini juga menyangku hajat hdup orang banyak. Pernahkah Anda pikirkan, apa yang dirasakan para pedagang lain. Bukankah mereka tidak bisa jualan lagi? Bagaimana mereka bisa menafkahi keluarga dan membayar gaji karyawan.

Fatal karena Anda tidak berpikir para penjual kaki lima, penjual barito, yang umumnya orang kecil. Menggantungkan makan sehari-hari dari hasil jualan mereka. Belum lagi Anda pikirkan, sekira 130 ribu penduduk saat ini telah ‘diteror’ psikologi akibat rasa cemas penyebaran penyakit.

Ya, ini karena Anda tidak disiplin. Tidak mendengarkan imbauan pemerintah. Anda egois dengan terlalu yakin tubuh Anda sehat.

Lalai karena pengawas di pintu gerbang. Sudah tahu ada orang datang dari zona merah, tapi data itu hanya Anda simpan sendiri tidak dilaporkan ke ‘atasan’.

Lalai karena atasan tidak rutin melakukan update data lalu lintas orang dan segala latar belakang. Lalai karena tidak rutin meminta laporan pengawasan karantina mandiri orang-orang yang baru datang dari zona wabah.

Lalai karena sebagai penanggung jawab desa harusnya rutin melakukan pengawasan warganya. Siapa lagi kalau bukan Anda yang mengetahu warga Anda.

Nasi sudah menjadi bubur. Tidak perlu lagi saling menyalahkan. Warga yang lain harus jadikan ini pelajaran. Jangan lagi seenaknya sendiri ketika baru tiba, tidak melapor. Toh itu membuat laporan tidak menghabiskan waktu berminggu-minggu.

Cukup. Jadikan ini pelajaran. Karantina mandiri harus disiplin meski tanpa pengawasan. Tanamkan dipikiran Anda, kesehatan keluarga terutama. Jika ragu, mintalah petugas untuk dibawa ke tempat karantina. Toh tempatnya enak. Hotel. Kasur empuk, ada pendingin ruangan, pun mendapat perawatan intensif.

Ini bukan aib. Ini penyakit. Harus disembuhkan. Tidak usah malu. Toh Anda tidak berbuat salah. Justru Anda harus bangga dengan kejujuran itu. Anda sudah membantu menyelamatkan keluarga Anda, tetangga, dan orang lain.

Sementara bagi Anda yang diberikan tanggung jawab, sudah bukan lagi waktunya berleha-leha menunggu laporan. Harus aktif bahkan super aktif. Bangun pola komunikasi yang teratur dan ter-update. Manfaatkan aplikasi android, bisa menampung ratusan anggota.

Sekarang, Anda yang diberikan tanggung jawab, harus segera memperketat pencegahan di perbatasan. Data masuk harus segera di laporkan. Jangan ditunda-tunda. Dan harus tegas, terutama pada petugas jasa transportasi darat. Angkutan yang masuk ketika tiba, jangan dulu mengantar penumpang hingga ke rumah. Datang dulu ke posko covid untuk diperiksa kesehatan.

Jangan lalai lagi. Segera minta bantuan intilijen kepolisian dan TNI. Lacak rekam kontak pasien. Selama 4 hari, pasien kemana saja. Sudah kontak dengan siapa saja. Ini harus dilakukan segera. Jangan lagi berleha. Virus ini tidak menunggu dikejar—seperti Dia yang bikin drama.

Anda yang diberi tanggung jawab, pastikan setiap hari di jam tertentu, umumkan hasil kerja sehari. Apa saja yang ditemukan. Gandeng para pemburu kabar. Berikan laporan apa adanya. Jangan ditutup-tutupi. Ini untuk kesehatan semua.

Anda yang diberi tanggung jawab, hasil kerja Anda juga sangat berpengaruh pada psikologi masyarakat. Jika Anda tidak becus, wargalah yang ketus. Karena khawatir, virus akan lebih cepat menyebar. Jika Anda kerjanya baik, pastilah warga akan tenang dan turut membantu kerja Anda.

Cukup. Hentikan saja perdebatan. Mari saling instropeksi. Kedisiplinan warga dan kesiapsiagaan Anda yang diberi tanggung jawab menjadi kunci dalam pencegahan penyebaran penyakit ini. Mari berdoa dan bekerja bersama-sama. Saling mengingatkan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Editorial

SEBELUM negara ini mengubah kebijakan kepemiluan dari dipilih parlemen…

Editorial

HARI Raya Idul Firi di Indonesia masih identik dengan…