HARIANHALMAHERA.COM– Warga Kecamatan Pulau Gebe, Kabupaten Halmahera Tengah kembali dibuat resah dengan aktivitas pertambangan, yang kian mengancam lingkungan dan kehidupan mereka. Kali ini, warga resah terhadap aktivitas penambangan nickel oleh PT. Mineral Resourcer Indonesia (MRI) yang merupakan sub kontraktor dari PT. Smart Marsindo.
Betapa tidak, aktivitas pengerukan nickel itu terlihat sangat dekat dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Halteng, yang tentu mengancam keselamatan anak-anak sekolah dan para guru.Aktivis lingkungan Pulau Gebe, Sunardi Jafar, pun menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang tersebut.
Sunardi pun menuturkan bahwa sudah bertahun-tahun krisis ekologi di Pulau Gebe terjadi, namun hingga saat tidak pernah mendapat perhatian serius dari pemerintah maupun DPRD Halteng.
“Dari sekian tahun lamanya krisis ekologi di Pulau Gebe, namun tidak pernah digubris oleh pemerintah, baik pusat, daerah, bahkan DPRD sebagai wakil rakyat pun selalu bersikap acuh tak acuh terhadap persoalan lingkungan yang mengancam ruang hidup masyarakat Pulau Gebe,”katanya, Rabu (12/03).
Menurutnya, keberadaan tambang di sekitar sekolah tersebut bukan hanya mengganggu proses belajar mengajar, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yang lebih luas. “Aktivitas tambang PT. Mineral Resourcer Indonesia, subkontraktor PT. Smart Marsindo, yang beroperasi sangat dekat dengan areal SMA Negeri 3 Halteng ini sangat bahaya bagi keselamatan sehingga itu perlu dihentikan,”tandasnya.
Sunardi menambahkan bahwa aktivitas penambangan ini harus dihentikan, sebab dampak buruknya langsung terhadap para siswa. “Kami sangat menyayangkan kondisi ini, anak-anak kami, adik-adik pelajar di SMA Negeri 3 Halteng, pasti terganggu dengan suara bising dan getaran alat berat yang beroperasi begitu dekat dengan sekolah,”pungkasnya.
“Dari perspektif lingkungan, suhu udara yang meningkat akibat aktivitas tambang dapat menimbulkan debu di sekolah, yang tentu berbahaya bagi kesehatan siswa dan guru,”sambungnya.
Warga Pulau Gebe tentu mendesak Pemda dan DPRD Halteng segera mengambil tindakan untuk menghentikan aktivitas tambang dekat sekolah tersebut, karena sangat berpotensi terjadi dampak yang lebih besar. “Jika aktivitas ini terus dibiarkan, bukan hanya pendidikan yang terganggu, tetapi juga keselamatan masyarakat terancam. Kami mendesak pemerintah segera menghentikan operasi tambang di dekat sekolah,”tegasnya.
Di tengah polemik ini, PT. Smart Marsindo juga tengah menjadi sorotan, karena petingginya, Shanty Alda Nathalia, masuk dalam radar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia diduga terlibat dalam kasus suap terkait perizinan tambang dengan mantan Gubernur Maluku Utara, Abdul Gani Kasuba (AGK).
“Dugaan ini semakin memperkuat anggapan, bahwa banyak kepentingan bisnis bermain dalam perizinan tambang di wilayah tersebut, tanpa mempertimbangkan dampak bagi masyarakat dan lingkungan,”cetusnya.
Warga Pulau Gebe lanjutnyat tentu berharap pemerintah tidak tutup mata dan segera mengambil langkah tegas sebelum dampak buruk semakin meluas. “Ini menjadi perhatian serius kita bersama, terutama kepada Pemda dan DPR sebagai harapan masyatakat.”pungkasnya.
Kekhawatiran serupa disampaikan oleh Nurfani, warga Kapaleo yang juga merupakan alumni SMA Negeri 3 Halteng. Ia mempertanyakan bagaimana PT. Smart Marsindo bisa mendapatkan izin operasi begitu dekat dengan sekolah. “Saya warga Pulau Gebe sekaligus alumni SMA 3. Aktivitas pertambangan PT. Smart Marsindo ini terlalu dekat dengan lokasi sekolah. Dampak dari debu tambang dan bunyi alat berat sangat mengganggu aktivitas belajar mengajar,”ucapnya.
Dijelaskan, ketidakjelasan perizinan yang memungkinkan perusahaan tambang beroperasi di area, yang begitu sensitif terhadap dampak lingkungan. “Kami masyarakat juga tidak tahu izin dari mana. Sehingga, PT. Smart Marsindo bisa beroperasi sedekat itu. Berdasarkan batas KP yang IUP-nya dikeluarkan pemerintah, seharusnya pemerintah bisa melihat dampak dan akibatnya ke depan.”tegasnya.(tr-02)