HARIANHALMAHERA.COM— Musibah longsor di lokasi tambang hingga merenggut korban jiwa terjadi lagi. Kali ini, petaka itu menimpa penambang nikel PT Bhakti Pertiwi Nusantara (BPN) yang berlokasi di Halmahera Tengah (Halteng).
Informasi sementara yang diperoleh, ada empat pekerja PT BPN menjadi korban longsor yang terjadi pada Minggu (10/3) itu. Tiga pekerja dilaporkan tewas, sedangkan satu pekerja selamat dengan luka-luka ringan.
Longsornya tambang Nikel itu terjadi sekitar pukul 03.00 WIT atau Senin (11/3) dini hari. Para korban diketahui sebagai karyawan subkontraktor yang tengah melakukan pengerukan material tanah. Diduga, terjadi pergeseran tanah bekas pengerukan yang kemudian mengakibatkan longsor.
Empat karyawan yang jadi korban itu, yakni Anton Pipa, Bayu Hendra Togo, Yusuf Lini, dan Novian Sumampau.
Saat petugas gabungan datang melakukan evakuasi, Anton yang merupakan warga Desa Waleh, Kecamatan Weda Timur, Halteng, dan Yusuf yang berasal dari Toraja, Sulawesi Tengah, berhasil dievakuasi. Sayangnya keduanya ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa.
Sementara Novian yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara mengalami luka di kaki dan trauma. Ia langsung dilarikan ke Puskesmas Sagea, kemudian di rujuk ke RSUD Weda.
Penambang lain, Bayu, ditemukan paling akhir. Warga Desa Fritu, Kecamatan Weda Utara, bekerja sebagai operator ekskavator. Korban ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.
Kapolres Halteng AKBP Andri Harianto menuturkan, lokasi tambang yang longsor itu berada di ketinggian sekitar 500 kaki di atas permukaan laut. Terkait penyebab pasti longsoran tambang, ia mengaku masih diselidiki.
“Masih dilakukan penyelidikan oleh Reskrim Polres Halteng,” ungkapnya.
Sementara itu, Humas PT BPN Said, saat dihubungi wartawan Malut Post (Group Harian Halmahera), mengaku korban meninggal dunia sudah dipulangkan ke daerah asal atas permintaan keluarga.(cnn/mpg/pur)