Politik

Emak-Emak Kesulitan Nyoblos

×

Emak-Emak Kesulitan Nyoblos

Sebarkan artikel ini
RUMIT: Simulasi pencblosan bagi para kaum perempuan, termasuk lansia, ternyata didapati banyak kesulitan. (foto: metrotvnews.com)

HARIANHALMAHERA.COM— Keberadaan emak-emak di Pemilu 2019 kembali mendapat sorotan. Selain menjadi kelompok yang rentan mendapat serangan politik uang, kini emak-emak diperhadapkan dengan masalah pencoblosan surat suara di TPS.

Sebagaimana simulasi yang dilakukan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) bersama KAPAL Perempuan dan Migrant CARE, banyak keluhan kesulitan. Alasan mereka bermacam-macam.

Mulai dari surat suara yang terlalu banyak, bingung mencari nomor urut partai atau nama calon anggota legislatif. Kemudian ukuran kertas terlalu besar, hingga surat suara yang sulit dimasukkan ke dalam kotak suara.

Titin misalnya. Salah satu perempuan lanjut usia yang turut menjadi peserta simulasi. Menurut dia, ukuran meja untuk mencoblos terlalu kecil, sedangkan kertas suara terlalu besar.

“Buat lansia akan sulit, soalnya kertasnya terlalu besar, kotak suara yang disediakan juga terlalu tinggi, sehingga sulit untuk memasukkan surat suara,” kata dia, melansir indopos.co.id.

Lain lagi dengan Yatinah, bagi dia tulisan nama-nama calon legislatif terlalu kecil, sehingga sulit untuk membaca nama calon yang ingin dicoblos.

Seperti diketahui, sebanyak 500 perempuan dari beberapa kelompok mengikuti simulasi Pemilu 2019. Mereka datang dari berbagai latar, ada perempuan penyandang disabilitas, lansia, ibu rumah tangga, perempuan miskin kota, perempuan muda, buta aksara, dan lainnya.

Hasilnya, sebagian besar perempuan mengatakan Pemilu Serentak 2019 yang mengharuskan pemilih mencoblos lima surat atau empat suara khusus DKI adalah “njelimet” alias rumit.

Menanggapi itu, Deputi Sekretaris Jenderal Bidang Program Koalisi Perempuan Indonesia Sutriyatmi mengatakan, simulasi Pemilu 2019 yang ditujukan bagi kaum perempuan bertujuan mengidentifikasi kesenjangan akses. Baik bagi kelompok perempuan penyandang disabilitas, lansia, dan pemilih pemula.

Kerumitan dan luasnya cakupan Pemilu 2019, serta kurangnya akses informasi bagi perempuan dan kelompok rentan, berpotensi menimbulkan kerawanan tidak sahnya suara mereka.

Koalisi Perempuan Indonesia menghitung waktu yang dibutuhkan satu orang untuk mencoblos, perempuan tanpa kerentanan membutuhkan waktu hingga lima menit. Sementara kelompok lainnya membutuhkan waktu hingga tujuh menit untuk mencoblos.

“Berdasarkan simulasi yang tadi telah kita hitung, untuk perempuan yang tidak memiliki kerentanan membutuhkan waktu hampir lima menit,” kata perempuan yang akrab disapa Mimi.

Namun bagi lansia, bisa membutuhkan waktu hingga tujuh menit. Perempuan buta aksara membutuhkan waktu sekitar tujuh menit. Sedangkan perempuan dengan dua kerentanan, yaitu lansia dan buta aksara membutuhkan waktu hingga sembilan menit.

“Ini simulasi dengan empat surat suara. Bagaimana dengan daerah lain yang harus mencoblos lima surat suara, pasti akan memakan waktu lebih lama,” kata dia.

Jika diratakan, hasil dari KPU dari simulasi tersebut, satu orang membutuhkan waktu sekitar tiga menit untuk mencoblos lima surat suara.

Memang KPU tidak memberikan batas waktu kepada pemilih untuk mencoblos. Namun panjangnya antrean saat mencoblos harus diantisipasi.

“Jika kita gunakan hitungan sederhana satu TPS maksimal 300 orang. Kemudian waktu layanan sekitar enam jam dari pukul 07.00-13.00, maka satu orang harusnya mencoblos dalam waktu 1,2 menit,” kata dia.(ind/fir)

 

Catatan: Berita ini sudah tayang di edisi cetak Harian Halmahera pada, Senin 8 April 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *