EkonomiHaltengMaluku Utara

Investasi Rp 35 Triliun Batal Masuk di Malut

×

Investasi Rp 35 Triliun Batal Masuk di Malut

Sebarkan artikel ini
Suasana penambangan Grasberg Freeport. FOTO INTERNET

Freeport Batal Bangun Smelter di PT IWIP

HARIANHALMAHERA.COM – Rencana masuknya investasi sebesar Rp 35 Triliun di Maluku Utara (Malut) seiring dengan rencana PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk membangun smelter tembaga baru di kawasan PT IWIP, Halteng, batal.

Ini menyusul Freeport dikabarkan batal melanjutkan rencana kerja sama dengan perusahaan asal China, Tsingshan Group untuk membangun smelter baru ini.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin. “Tidak jadi,” ungkap Ridwan saat ditanyakan apakah Freeport jadi join dengan Tsingshan di smelter Weda Bay sebagaimana yang dikutip dari CNBC Indonesia .

Ridwan mengatakan, batalnya rencana Freeport untuk kerja sama dengan Tsingshan ini dikarenakan setelah dikaji, pembangunan smelter di Weda Bay tidak lebih baik daripada rencana pembangunan di kawasan industri terintegrasi di JIIPE, Gresik, Jawa Timur, yang kini memang tengah diproses Freeport.

Sebelumnya, rencana kerja sama Freeport dan Tsingshan ini digadang-gadang oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan akan dilakukan penandatanganan MoU 31 Maret 2021. Luhut menyebut, ini akan menjadi suatu proses peningkatan nilai tambah buat Indonesia.

“Mudah-mudahan tanggal minggu depan kita akan tanda tangan pembangunan smelter di Weda Bay antara Freeport dengan Tsingshan,” tuturnya dalam “Mining Forum: Prospek Industri Minerba 2021 CNBC Indonesia”, Rabu (24/03).

Secara rinci, berdasarkan data yang dipaparkan Luhut, penandatanganan perjanjian kerja sama dijadwalkan akan dilakukan pada 31 Maret 2021. Lalu, pada 1 April 2021 Freeport dan pemerintah Indonesia akan menyepakati revisi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) mengenai ekspor konsentrat dan persyaratan pembangunan smelter.

Smelter baru bersama Tsingshan ini disebutkan akan mengolah sekitar 2,4 juta ton konsentrat tembaga menjadi sekitar 600 ribu ton katoda tembaga.

Dalam proyek baru ini, Freeport disebutkan cukup berinvestasi sebesar 7,5% dari total nilai proyek sekitar USD 2,5 miliar (atau sekitar Rp 35 triliun) dan selebihnya ditanggung oleh perusahaan China tersebut.

Saat ini Freeport juga tengah membangun smelter tembaga baru di JIIPE Gresik dengan kapasitas olahan sekitar 2 juta ton konsentrat tembaga. Namun per Januari 2021 realisasinya baru sekitar 5,86% dari target seharusnya 10,5%. Adapun biaya yang telah dikeluarkan baru sebesar USD 159,92 juta.

Sesuai aturan pemerintah dan komitmen awal, Freeport seharusnya menuntaskan proyek ini pada 2023. Namun karena adanya pandemi Covid-19, Freeport mengatakan bahwa proyek smelter akan mengalami keterlambatan selama satu tahun menjadi 2024.

Awal mula terungkapnya perusahaan China ini melakukan pendekatan dengan Freeport yaitu sejak tahun lalu ketika disebutkan oleh Luhut. Lalu, pada awal Februari 2021 rencana rinci kerja sama ini menyeruak kembali.(cnbc/pur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *