HARIANHALMAHERA.COM— Suku Boeng, salah satu dari empat suku adat yang ada di kawasan lingkar tambang PT Nusa Halmahera Minerals (NHM), akhirnya menuntaskan salah satu program bantuan pelestarian adat budaya. Pada Senin (9/8), rumah adat suku Boeng akhirnya diresmikan.
Peresmian berlangsung sederhana, namun sangat kental nuansa adat. Apalagi, peresmian rumah adat suku Boeng yang terletak di Desa Daru, Kecamatan Kao Utara, dihadiri Pangeran Kesultanan Ternate, Hidayat Mudaffar Sjah.
Selain Sangaji Boeng Niklas Koyoba selaku tuan rumah, hadir Manager Social Performances (SP) PT NHM Hansed Pither Lassa, Sangaji Pagu Simon Toloa, Sangaji Modole Habel Tukang, Sangaji Toiliko Kao Djulkifli Tukang, dan Asisten III Pemkab Halut Yudhiahart Noya yang mewakili Bupati Halut.
Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti oleh PT NHM, Kesultanan Ternate, dan Pemkab Halut. Kebahagiaan pun terpancar dari warga suku adat Boeng yang sudah lama menanti berdirinya rumah adat suku Boeng.
Sebagaimana penuturan Fanyira suku Boeng, Niklas Goyoba, bahwa suku Boeng sudah ada sejak lama. Namun berjalannya waktu pada tahun 1980 suku Boeng tidak aktif lagi alias vakum. Aktivitas suku kembali hadir pada tahun 2015 lalu hingga sekarang.
Dirinya dan seluruh masyarakat adat suku Boeng, sangat berterima kasih kepada Presiden Direktur (Presdir) sekaligus pemilik PT NHM, H Robert Nitiyudo Wachjo, yang sangat peduli terhadap pelestarian suku, adat, dan budaya di wilayah lingkar tambang. “Anggaran pembuatan rumah adat yang diberikan oleh PT NHM sekira Rp 800 juta. Bantuan anggaran ini tentunya sangat membantu bagi pelestarian adat suku Boeng kedepan,” ujarnya.
Selain rumah adat, Niklas mengatakan untuk rencana kegiatan masih dalam tahap peyusunan program. Setelah peresmian rumah adat, pengurus akan menyusun program dan akan melakukan semacam training terhadap pengurus maupun masyarakat yang tergabung dalam suku Boeng sendiri.
Dia pun berharap, kedepannya, semoga dengan diresmikannya rumah adat Suku Boeng ini, masyarakat Halut bisa lebih mengenal Suku Boeng baik itu adat dan budayanya. Sementara untuk Suku Boeng sendiri semoga bisa kembali ke akar budayanya tentang adat istiadat, serta norma-norma dan moral yang dulunya sempat terkikis bisa dihidupkan kembali. “Semoga dengan bantuan dari NHM ini, kami akan manfaatkan dengan baik, serta mengembangkan kembali pelestarian ada suku Boeng,” harapnya.
Terpisah, Manager SP PT NHM Hansed Pither Lassa mewakili Presdir PT NHM H Robert Nitiyudo, menjelaskan NHM sendiri sejak awal diambil alih PT Indotan, sudah memiliki komitmen untuk bersama-sama menghidupkan kembali adat istiadat empat suku.
“Komitmen ini disampaikan langsung Presdir H Robert dalam beberapa kesempatan bersama tokoh adat. Bagi NHM, adat istiadat adalah identitas yang tidak bisa hilang karena itu harus diletasrikan sebagai bekal pengetahuan bagi generasi akan datang. Karena itu NHM mendukung penuh rencana restorasi adat budaya,” kata Hansed.
Dia juga berharap, bantuan pelestarian adat budaya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. “Untuk anggaran pembuatan sekaligus peresmian rumah adat Suku Boeng ini merupakan program PT NHM tahun anggaran 2020 pada Program Pelestarian Adat dan Budaya nilainya Rp 800 juta,” ujarnya.
Di sisi lain, restorasi rumah adat Suku Boeng, banyak mendapat apresiasi dari masyarakat Halut di sosial media. Mereka juga berharap, pemerintah bisa memberikan dukungan dalam rangka pelestarian adat seluruh suku yang ada di Kabupaten Halut.
Publik menilai, pelestarian adat bisa menjadi salah satu destinasi wisata heritage atau wisata sejarah. Pelestarian adat budaya ini, tentunya sejalan dengan program pemerintah yang ingin menjadikan Halut sebagai smart city.(cw/fir)
Respon (1)