HARIANHALMAHERA.COM–Keputusan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Halmahera Utara (Halut) menerapkan tatanan kehidupan baru (new normal) di tengah pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), sepertinya menyimpan banyak misteri.
Sebab, di tengah membludaknya jumlah pasien terinfeksi Corona, Pemda malah ngotot membuka aktivitas salah satu tempat hiburan malam dan menerbitkan edaran bernomor: 94/SATGAS COVlD-19/HALUT tentang kewaspadaan pandemi Covid-19 untuk mewujudkan new normal.
Edaran tersebut merupakan bukti nyata sikap Pemda Halut melalui tim Covid-19nya sudah kewalahan. Karena satu per satu masalah penanganan Covid-19 mulai terbongkar.
Kali ini, giliran tenaga medis yang membeberkan ‘aib’ tim gugus tugas percepatan penanganan (GTPP) Covid-19 Halut, yaitu soal insentif perawat yang belum diberikan.
Konon, uang jasa pelayanan terhadap pasien Covid-19 yang sedianya diterima tiap bulan oleh para tenaga medis itu, ternyata sudah 5 bulan, terhitung sejak Februari Juli 2020 belum diberikan.
“Kasiang, torang (kami) pertaruhkan nyawa. Torang pe tenaga, pikiran dan waktu berkumpul bersama keluarga habis layani pasien terinfeksi Corana, tapi apa yang torang dapat dari perjuangan ini, ternyata hanya janji deng kelelahan yang kami dapat,” tutur AD, salah seorang tenaga medis penanganan Covid-19 bidang perawat, yang ditempatkan di Rumah Sakit (RS) Darurat Rusunawa di Desa Kali Upa, Tobelo Tengah, Minggu (5/7).
Meski insentif belum terbayar, namun AD dan rekan-rekan perawat lain masih tetap menjalankan tugas sesuai protokol Covid-19 semaksimal mungkin.
“Torang tetap karja maksimal, karena untung bae (beruntung) ada pasien positif dari PT. NHM di Rusunawa sini bantu torang. Entah dapat informasi dari mana, tiba-tiba dorang patungan doi terus kase torang para tenaga medis,” terangnya.
AD lantas menyebutkan, bahwa uang hasil patungan dari pasien Covid-19 dari PT. NHM terkumpul sekitar Rp 12 juta lebih, kemudian diberikan pada sejumlah perawat yang ada di RS Darurat Rusnuawa.
“Sejujurnya, kami sangat berterima kasih pada pasien karyawan PT. NHM, karena so bantu ringankan torang pe beban,” ujarnya.
Sementara, Direktur Utama (Dirut) RSUD Tobelo, drg. Irwanto Tandaan, pun tidak dapat memungkiri terkait belum dibayarnya insentif tenaga medis tersebut.
Irwanto mengatakan, nasib tenaga medis di Halut sebenarnya sama dirasakan oleh medis Covid-19 di kabupaten dan kota lainnya.
“Memang iya (benar), insentif untuk tenaga medis belum dibayar dan Insentif itu masih tunggu pencairan sampai saat ini. Presiden saja sampai marah-marah pada sidang kabinet. Jadi masih menunggu. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah cair,” ujar Irwanto.
Menyentil soal ada langkah alternatif untuk atasi masalah itu, Irwanto menyatakan, kemungkinan besar ada jika Pemda Halut melalui tim Covid-19 berani mengambil keputusan.
“Soal solusi alterantif sebenarnya tanya langsung di Bupati atau Sekda sebagai pengambil kebijakan. Tapi saya harap para tenaga medis ini bersabar sedikit, karena pasti anggaran akan cair,” tuturnya. (dit/Kho)