HARIANHALMAHERA.COM – Didatangkan dengan status sebagai rekrutan mewah, tetapi jalan karirnya malah ada di klub lain. Hal itulah yang dialami Philippe Coutinho dan Memphis Depay.
Sejauh ini Coutinho tercatat sebagai pembelian termahal FC Barcelona. Barca memboyong gelandang serang berkebangsaan Brasil itu pada 6 Januari 2018 dengan fee EUR 145 juta (Rp 2,55 triliun). Hanya semusim, Barca meminjamkannya ke Bayern Muenchen pada musim panas tahun lalu.
Coutinho sejatinya diminati banyak klub elite Eropa lainnya. Tetapi, O Magico –julukan gelandang berusia 28 tahun tersebut– malah memilih Bayern yang jelas-jelas tidak sesuai dengan gaya bermainnya. Juga secara kultur sepak bola asing bagi pemain berbahasa Latin seperti dirinya.
Diketahui bahwa transfer tersebut terjadi karena Bayern memiliki data performa yang mempercayai bahwa mantan pemain Inter Milan yang sempat dipinjamkan ke Espanyol tersebut bisa klik dengan mereka. Hal itu sudah dimulai Memphis ketika pindah dari Manchester United ke Olympique Lyon (OL) pada Januari 2017.
Transfer laptop adalah metode memilih klub destinasi berdasar data statistik dan analitik yang dikembangkan perusahaan SciSports. Transfer laptop digunakan Memphis maupun Coutinho karena memilih klub destinasi pada bursa transfer musim dingin (kompetisi berjalan) tidak semudah ketimbang pada bursa transfer musim panas (kompetisi belum dimulai).
Mencapai semifinal Liga Champions musim ini pun seperti titik balik kebangkitan Coutinho dan Memphis. Duel keduanya bakal tersaji di Estadio Jose Alvalade dini hari nanti (siaran langsung SCTV/ Champions TV 1 pukul 04.00 WIT).
Meski musim lalu dianggap tidak tampil bagus, Coutinho nyaris melaju final bersama Barca andai tidak dihentikan mantan klubnya sendiri, Liverpool FC, pada semifinal. ’’Aku tidak ingin gagal lagi (ke final, Red) kali ini,’’ ucap Coutinho seperti dilansir Sport.
Jika musim lalu klub lamanya yang menghentikannya di semifinal, musim ini Coutinho mempermalukan klub induknya, Barca, di semifinal. Sekalipun turun dari bangku cadangan, dia mampu menyumbangkan 2 gol dan 1 assist dalam kemenangan sensasional 8-2 Bayern atas Barca akhir pekan lalu (15/8).
Andai bisa membawa Bayern ke final, Coutinho setidaknya bisa mengklaim musimnya lebih bagus bersama Die Roten. Musim ini dia mencatatkan 11 gol plus 9 assist dari 36 penampilan. Lebih cepat ketimbang di Barca musim lalu dengan mendulang 11 gol dan 5 assist, tapi dalam 54 pertandingan.
”Bayern membutuhkan pemainpemain seperti dia (Coutinho, Red) di ajang seperti ini (Liga Champions). Pemain yang punya naluri sebagai pembeda melawan klub-klub hebat,’’ tulis Philipp Selldorf, kolumnis di surat kabar Suddeutsche Zeitung.
Histori Liga Champions mencatat, belum pernah ada pemain pinjaman yang sukses meloloskan klubnya sampai final. Yang terakhir adalah bek Jeison Murillo dan gelandang serang Kevin-Prince Boateng bersama Barca musim lalu. Murillo pinjaman dari Valencia CF, sedangkan Prince dari US Sassuolo.
Sementara itu, bagi Memphis, musim ini tak dibantah lagi merupakan musim terbaiknya. Selain mampu membawa Les Gones –julukan OL– menjejakkan kaki ke semifinal Liga Champions, pemain Belanda berusia 26 tahun itu mencatat produktivitas terbaik dengan 6 gol dari 7 kali bermain di ajang Eropa.
’’Sukses ini sudah menunjukkan bahwa dengan bermimpi dan percaya, Anda pun dapat mencapai banyak hal,’’ sebut Memphis dalam unggahan di akun Instagram-nya seperti dilansir Sport 1. (jpc/pur)