HARIANHALMAHERA.COM— Setelah empat tahun dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun 2014, Kawasan Khusus Ekonomi (KEK) Morotai akhirnya diresmikan Senin (1/4) kemarin.
Peresmian KEK Morotai dilakukan bersamaan dengan dua KEK lainnya, yakni KEK Maloy Batuta di Trans Kalimantan (MBTK) dan KEK Bitung, juga bersamaan dengan peresmian Rumah Susun Mahasiswa IAIN Kota Manado dan Susun Mahasiswa UKIT Kota Tomohon.
Peresmian dipusatkan di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado. Presiden didampingi Gubernur Abdul Ghani Kasuba (AGK) dan Bupati Pulau Morotai Benny Laos. Hadir pula kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Syamsuddin Banyo dan kepala Biro PKKP Mulyadi Tutupoho.
Gubernur AGK menuturkan, Morotai memiliki potensi besar untuk pariwisata, industri perikanan dan pertanian, dan sebagai pusat logistik. Disebutkan, untuk izin lokasi KEK mencapai 17.000 hektr. Untuk tahap I pengembangan luasan 1.100 hektar dengan proyeksi investasi pembangunan kawasan Rp 6,8 triliun dan investasi pelaku usaha Rp 30,44 triliun.
“Nantinya KEK ini akan menyerap 30 ribu tenaga kerja dan untuk infrastruktur pendukung yang sudah tersedia di Zona Ekonomi Khusus adalah bandara, pelabuhan laut, sistem air bersih, dan listrik 6 Megawatt,” kata AGK.
“PT Jababeka telah secara resmi ditunjuk sebagai pengembang dan operator KEK Morotai oleh Dewan KEK sejak 30 Juni 2014 dengan PP Nomor 50 Tahun 2014,” sambung AGK didampingi Bupati Pulau Morotai Benny Laos dan Direktur Utama PT Jababeka Tbk Budianto Liman.
Senada disampaikan Presiden saat peresmian KEK, bahwa pembangunan KEK akan membuka lapangan kerja. Termasuk meningkatkan nilai investasi di berbagai bidang. Di antaranya industri pengolahan, perikanan, serta perkebunan. Akan ada nilai tambah memberikan lapangan kerja.
Peresmian pengoperasian KEK secara simbolik ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Presiden Jokowi yang juga ikut disaksikan Menko Perekonomian Darmin Nasution selaku Ketua Dewan Nasional KEK (lfa/pur)
