HARIANHALMAHERA.COM–Sebagian pedagang kaki lima (PKL) yang di relokasi ke pasar Inpres II Rawajaya, Kecamatan Tobelo, ternyata masih merasa tidak nyaman dengan pusat perbelanjaan baru yang disediakan Pemkab Halmahera Utara. Selain keluhan soal fasilitas yang belum memadai berupa kekurangan lapak hingga membuat mereka berjualan diluar dengan membangun tenda sendiri dan akses jalan masuk yang belum dibangun juga yang paling parah adalah daya beli warga sangat kurang alias barang dagangan tak laku terjual.
Ternyata, tarif transportasi menuju pasar Inpres II Rawajaya tersebut ikut dipermasalahkan sejumlah pedagang. Tarif becak motor (bentor) misalnya disebut pedagang bahwa sebagian besar penarik bentor malas mengantar mereka sampai di pasart tersebut dan terkadang diminta bayaran lebih tinggi ketika pengantaran sampai ke dalam pasar. “Sebenarnya relokasi pedagang ke pasar Inpres II Rawajaya ini belum siap tapi dipaksakan, soalnya masih banyak kekurangan di dalam pasar dan keluhan dari pedagang, karena barang dagangan tidak laku terjual”kata sejumlah pedagang, minggu (17/7).
Terpisah Kepala bidang (Kabid) Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Halut, Muksin Mustika, menegaskan bahwa relokasi pedagang ke pasar tersebut bukan secara paksaan tetapi atas kesadaran mereka sendiri untuk mendapatkan tempat jualan yang sudah disediakan Pemda Halut. “Relokasi ini bukan paksaan, tetapi keinginan pedagang sendiri dan Pemkab Halut juga tentu memperhatikan nasib mereka dan kenyamanan dalam beraktivitas jual beli sehingga itu disediakan tempat jualan berupa pasar inpres ini meski belum maksimal,”tandasnya.
Terkait keluhan sebagian pedagang soal tarif transportasi menurut Muksin, bahwa pedagang yang berjualan di pasar Inpres tersebut memang selain warga Tobelo juga sebagiannya pedagang dari Tobelo Utara dan Tobelo Tengah maupun dari luar Halut sehingga masih membutuhkan angkutan transportasi untuk antar jemput barang dagangan maupun keperluan lainnya.
“Memang benar bahwa pedagang yang berjualan di pasar Inpres II Rawajaya bukan hanya penduduk Rawajaya atau Desa lain di Kecamatan Tobelo tetapi dari Kecamatan Tobelo Tengah dan Tobelo Utara sehingga mereka mengeluarkan biaya besar untuk naik transportasi,”ujarnya.
Untuk menjawab keluhan Pedagang tersebut lanjutnya, Disperindag Halut akan melakukan pendataan terhadap pedagang dan selanjutnya melakukan kajian agar mendapatkan solusi alternative yang tidak merugikan pedagang.
“Pasar di Tobelo sebenarnya ada lebih dari satu, seperti pasar modern dan pasar buaele Desa Gura yang semuanya berfungsi dengan baik maka dari itu kami mencoba melakukan pendataan pedagang agar dicari solusinya, artinya, kalau pedagang yang domisili di Gura tetapi jualannya di pasar Inpres Rawajaya maka diminta untuk berjualan di pasar Bualela dengan catatan disediakan tempat jualannya,”terangnya.
Muksin pun menambahkan bahwa soal pedagang yang masih berjualan di pasar lama akan segera ditertibkan, karena aktivitas mereka telah berdampak pada pedagang di pasar Inpres. “kami akan relokasi lagi pedagang yang masih berjualan di pasar lama, karena aktivitas ini membuat pedapatan pedagang di pasar Inpres terkadang tidak laku terjual dan tentunya upaya ini untuk menghindari terjadi kecemburuan antara sesama pedagang termasuk diusahakan pemberian lapak secara merata,”ungkapnya.(sal)