HARIANHALMAHERA.COM–Sudah hampir 10 tahun Aliong Mus menakhodai Pulau Taliabu. Namun, sepanjang hampir satu dekade itu, Pemkab belum juga mampu menurunkan angka prevelensi stunting di Taliabu.
Bahkan, berdasarkan data hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021, angka privalensi stunting di Taliabu adalah paling tertinggi di Malut yakni 35,2 persen.
Disusul Halmahera Timur (Haltim ) 32,7 persen, Halmahera Utara (Halut) 30,5 persen, Halmahera Barat (Halbar() 30 persen, kemudian Halmahera Tengah (Halteng) 29,3 persen, Pulau Morotai 28,3 persen, Kepulauan Sula 27,7 persen, Tidore Kepulauan (Tikep) 25,1 persen dan Kota Ternate 24 persen. Sedangkan untuk provinsi Malut privelensi stunting 27,5 persen
Kepala BKKBN Malut Renta Rego mengatakan, pemicu tingginya stunting di Malut ketidaksiapan remaja putri saat berumah tangga, kemudian tidak adanya pola hidup bersih dan sehat, dan kesehatan repruduksi.
“Banyak hal memang faktor ekonomi juga pemicu tapi tidak semua seperti itu, ada juga orang tuanya kerja tapi karena pola asuhnya tidak sesuai”, katanya,.
BKKBN menginginkan pencegahan dilakukan dari hulu sehingga remaja putri benar-benar siap menikah dan siap hamil. “Apakah remaja – remaja di Maluku Utara siap nikah setelah itu siap melahirkan ? Artinya kita mengajar mereka untuk sekolah dulu, bekerja dulu baru menikah, di usia 21 tahun untuk perempuan dan laki- laki 25 tahun” jelaanya
Untuk menekan penurunan angka stunting di Malut berbagai sosialisasi di lakukan kemudian pembentukan tim percepatan penurunan stunting yang di ketuai Wagub M Al Yasin Ali. “Kami BKKBN juga menyiapkan satgas stunting. Kita berharap di Maluku Utara turun 14 persen,” pintanya.(lfa/pur)