Oleh: Alfred Rodriques Januar Nabal
Pengurus Pusat PMKRI yang Menjadi Delegasi Mahasiswa Indonesia dalam Kunjungan Studi ke Tiongkok
BEBERAPA waktu lalu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) bersama Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia mengirim 45 mahasiswa/I ke Tiongkok untuk melakukan kunjungan studi. Dalam kunjungan studi yang berlangsung antara tanggal 15 – 21 Juni ini, mahasiswa/I Indonesia dapat melihat secara langsung Tiongkok dan mempelajari kelebihan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sana.
Selama berada di Tiongkok, mahasiswa/I Indonesia mengunjungi perusahaan game terbesar di Tiongkok yang menguasai pasar dalam negeri dan mancanegara, mengunjungi International Horticultural Exhibition 2019 (Beijing Expo 2019), mengunjungi pabrik dan perusahaan susu terbesar Junlebao di kota Shijiazhuang. Pabrik dan perusahaan ini menggunakan teknologi canggih, mesin-mesin pabrik diimpor dan Jerman. Sapi-sapi perah didatangkan dari Australia.
Selain itu, mahasiswa/I Indonesia juga mengunjungi dua perguruan tinggi ternama di Tiongkok, yaitu Peking University dan Hebei Normal University. Dalam kunjungan ke perguruan tinggi ini, para mahasiswa/I Indonesia berdialog dengan para dosen dan mahasiswa di sana. Dua universitas ini memperkenalkan beragam aktivitas mereka, terutama soal riset-riset di bidang kebudayaan dan inovasi di bidang teknologi.
Para mahasiswa/I Indonesia juga berkesempatan mengunjungi National Library of China, salah satu perpustakaan terbesar di dunia yang memiliki kurang-lebih 39 juta judul buku. Dengan memanfaatkan teknologi canggih, Tiongkok berhasil mengintegrasikan perpustakaan-perpustakaan mereka yang terdapat di seluruh wilayah Tiongkok, dan National Library of China mendapatkan data secara real time jumlah pengunjung dan topik yang dibaca oleh tiap pengunjung di perpustakaan di seluruh wilayah Tiongkok.
Mahasiwa/I Indonesia juga mengunjungi situs-situs bersejarah di Tiongkok, antara lain The Great Wall, Forbidden City, dan Museum Hebei di kota Shijiazhuang. Beijing Zoo, sebuah kebun binatang tempat dilestarikannya Panda, hewan khas Tiongkok juga dikunjungi para mahasiswa/I Indonesia. Tiongkok merupakan satu negara yang memiliki penghormatan yang tinggi terhadap sejarah mereka. Informasi-informasi penting terkait sejarah Tiongkok secara baik tersampaikan kepada setiap pengunjung situs-situs ini.
Mengapa Tiongkok?
Terpilihnya Tiongkok sebagai tempat kunjungan studi mahasiswa/I Indonesia dilatarbelakangi oleh keberadaan negara tersebut sebagai The New Rising Power. Tiongkok mengalami perkembangan signifikan dalam aspek ekonomi dan ilmu pengetahuan dan teknologi (untuk selanjutnya disingat Iptek). Ihwal kunjungan ini juga dilatarbelakangi oleh hubungan diplomatik kedua negara yang terjalin baik sejak tahun 1950. Pada tahun 2013 lalu, status kerjasama Indonesia-Tiongkok telah menjadi mitra strategis komprehensif.
Tiongkok kini menjadi kiblat baru bagi perekonomian dunia. Pencapaian ini dimulai sejak tahun 1978, saat negara tersebut memperkenalkan reformasi ekonominya. Kebijakan “pembaruan dan pembukaan” yang dilakukan oleh presiden Deng Xiaoping ketika itu berhasil menyelamatkan negara ini dari kondisi miskin dan keterbelakangan ekonomi.
Sejak saat itu, Tiongkok menjadi negara dengan perkembangan ekonomi paling pesat di dunia. Hanya dalam kurun waktu 40 tahun, negara yang dikenal dengan sebutan tirai bambu ini menjadi negara dengan kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia saat ini, setelah Amerika Serikat. Standard Chartered Plc memproyeksikan, Tiongkok akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar mengalahkan Amerika Serikat pada tahun 2030 (data dari Bloomberg).
Selain perkembangan dari segi ekonomi, Tiongkok juga menjadi idola baru dalam hal pengembangan Iptek. Iptek telah menjadi fokus pemerintah Tiongkok sejak era Deng Xiaoping di tahun 1970-an. Tiongkok meyakini, penguasaan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi syarat penting berjalannya agenda modernisasi Tiongkok.
Saat ini, Tiongkok telah memiliki kampus-kampus bertaraf internasional yang menjadi pusat riset-riset ilmu pengetahuan dan teknologi. Kampus-kampus tersebut adalah Peking University, Hebei Normal University, Universitas Tsinghua, University of Science and Technology of China, dan sebagainya. Selain kampus-kampus, Tiongkok juga memiliki lembaga think tank yang menjadi pusat riset-riset nasional, yaitu Chinese Academy of Sciences (CAS). Lembaga ini menjadi motor penggerak lahirnya inovasi-inovasi dan teknologi di negeri tirai bambu.
Pelajaran Penting dari Tiongkok
Memahami Tiongkok secara komprehensif barangkali tidak cukup dengan kunjungan studi selama sepekan. Selain karena waktunya yang terbatas, Tiongkok memiliki luas wilayah hampir lima kali lipat dari Indonesia. Namun, pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh selama sepekan kunjungan studi ini setidaknya mampu menangkap secara umum gambaran tentang Tiongkok, dan bagaimana Tiongkok mampu menjelma sebagai negara super power hanya dalam waktu 40 tahun. Berikut beberapa poin yang menjadi pelajaran penting dalam kunjungan studi mahasiswa/I Indonesia ke Tiongkok:
Pertama, Tiongkok memiliki perhatian penuh dalam pengembangan riset-riset. Perhatian penuh ini tampak pada semakin banyaknya kampus-kampus di Tiongkok yang memiliki standar internasional, baik dalam hal kualitas pendidikan maupun riset-riset yang dihasilkannya. Jika ingin memahami budaya, Peking University menjadi kampus yang tepat untuk didatangi. Begitu juga dengan riset-riset di bidang teknologi, kampus-kampus di Tiongkok menyajikan kualitas yang mengimbangi hegemoni kampus-kampus dunia barat.
Keberadaan lembaga think tank seperti CAS juga memberikan pengaruh signifikan bagi proses kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Tiongkok. Sayangnya, mahasiswa/I Indonesia beberapa waktu lalu tidak sempat mengunjungi pusat riset nasional negara Tiongkok ini. Mudah-mudahan kesempatan berikutnya bisa mengunjungi lembaga think tank Tiongkok tersebut.
Kedua, Tiongkok memiliki komitmen tinggi dalam mengembangkan budaya literasi. Tiongkok sejak dahulu memiliki tradisi literasi yang kuat. Hal ini dipengaruhi oleh penghormatan mereka yang tinggi terhadap ajaran dan budaya leluhurnya. Tiongkok menjadi satu negara yang paling semangat mempelajari dan melestarikan ajaran leluhurnya melalui tulisan-tulisan. Saat ini, negara Tiongkok mampu memadukan kemajuan teknologinya untuk meningkatkan aktivitas literasi.
Hal ini tampak pada pengelolaan perpustakaan nasional Tiongkok yang berbasis teknologi. Perpustakaan nasional Tiongkok telah menjadi pusat informasi di bidang kepustakaan Tiongkok, yang secara real time menampilkan aktivitas pengunjung perpustakaan di seluruh wilayah Tiongkok. Sistem kepustakaan yang terintegrasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi ini merupakan langkah maju dalam mengembangkan budaya literasi di negara tersebut.
Ketiga, Tiongkok merupakan negara yang berakar pada kebudayaan yang kuat. Budaya Tiongkok adalah mahakarya orang-orang Tiongkok yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah yang sangat panjang. Budaya Tiongkok lahir dari kristalisasi kecerdasan dan kreativitas masyarakatnya. Dalam rentang sejarah yang cukup panjang, kita mendengar kebesaran Tiongkok di masa kekaisaran, lalu mengalami pasang surut, hingga akhirnya menjadi salah satu negara super power di era kontemporer. Semua itu terdokumentasi dengan sangat baik dalam situs-situs dan museum sejarah mereka.
Beberapa situs dan museum yang dikunjungi selama berada di Tiongkok menggambarkan betapa masyarakat Tiongkok memiliki penghargaan yang tinggi terhadap sejarah dan kebudayaan mereka, lalu mewarisinya dari generasi ke generasi. Selain terdokumentasi dalam situs dan museum, Tiongkok juga memiliki perhatian penuh pada riset-riset kebudayaan. Peking University menjadi kampus pusat studi kebudayaan di Tiongkok.
Pesan untuk Indonesia
Kunjungan studi 45 mahasiswa/I Indonesia ke Tiongkok beberapa waktu lalu merupakan langkah baik dari Kemenristekdikti Republik Indonesia dalam upaya mewujudkan kerjasama kedua negara di bidang pendidikan tinggi.
Bagi Indonesia, kunjungan studi ini menjadi momentum penting untuk mengetahui secara langsung bagaimana Tiongkok mengelola pendidikan tingginya dan perkembangan riset-riset yang mereka lakukan, sehingga hal-hal baik yang dimiliki Tiongkok dapat diterapkan bagi peningkatan kualitas pendidikan tinggi Indonesia.
Bagi pemerintah Tiongkok, kunjungan studi ini menjadi kesempatan baik untuk mempromosikan budaya dan perkembangan teknologi mereka saat ini. Tiongkok bisa menjadi role model Indonesia dalam upaya memajukan negaranya. Kunjungan studi sepekan di Tiongkok melahirkan optimisme bagi delegasi mahasiswa/I Indonesia, bahwa Indonesia pun bisa mengikuti jejak Tiongkok dalam membangun negaranya.
Dari aspek geopolitik, Indonesia berbeda dari Tiongkok yang menganut sistem komunis. Namun, apa yang dilakukan Tiongkok dalam agenda modernisasinya sejak tahun 1970-an hal yang patut untuk diikuti jejaknya.
Predikat Tiongkok sebagai negara super power dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia saat ini adalah sesuatu yang tampak di permukaan. Pondasi yang mengokohkan predikat Tiongkok ini adalah pengembangan Iptek yang dimilikinya. Pengembangan iptek ini menjadi bagian integral agenda modernisasi Tiongkok yang dimulai sejak era Dong Xiaoping. Pemerintah Tiongkok bahkan melakukan investasi secara besar-besaran bagi pengembangan riset dan inovasi di negaranya.
Indonesia perlu belajar dari Tiongkok perihal pengembangan riset dan inovasi ini. Dari segi investasi untuk riset, Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Selain perlunya meningkatkan investasi untuk riset, pemerintah Indonesia perlu menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk mengisi bidang-bidang keahlian riset. Optimisme Indonesia dalam bidang riset dan inovasi tampak pada peningkatan hasil riset dalam kurun waktu empat tahun terakhir. Jika di tahun 2015, publikasi internasional Indonesia menduduki peringkat 4 di Asia Tenggara, tahun 2018 Indonesia menempati posisi 2 di bawah Malaysia.
Selain riset, kemajuan Tiongkok disokong oleh budaya literasi masyarakat yang kuat. Ini kiranya yang menjadi tantangan bagi Indonesia. Indonesia memiliki tingkat literasi yang rendah berdasarkan laporan UNESCO tahun 2016 yang menempatkan Indonesia di urutan 60 dari 61 negara.
Kelemahan kita saat ini adalah tidak adanya data-data baik secara time series maupun real time terkait aktivitas literasi masyarakat Indonesia. Sehingga, fakta rendahnya literasi di Indonesia tidak mampu diatasi secara akurat. Gerakan-gerakan literasi yang dilakukan selama ini tidak berpengaruh signifikan karena kekurangan data sebagai pijakan.
Hal yang paling mungkin dilakukan saat ini adalah membenahi infrastruktur kepustakaan sebagai basis dasar aktvitas literasi. Tiongkok berhasil menjadikan teknologi sebagai infrastruktur penting dalam mengintegrasikan seluruh perpustakaan di wilayahnya. Data apa pun yang dibutuhkan untuk mengevaluasi aktivitas literasi di sana dapat tersajikan secara real time. Indonesia kiranya perlu berpikir ke sana untuk membenahi budaya literasinya.
Hal terakhir yang perlu dilakukan pemerintah untk menggenapi upaya menjadikan Indonesia sebagai negara maju adalah menyiapkan generasi masa depan Indonesia yang cerdas dan kreatif. Masyarakat Tiongkok secara umum orang-orang cerdas dan kreatif. Budaya Tiongkok sebagai mahakarya masyarakat Tiongkok lahir dari kecerdasan dan kreativitas mereka.
Demikian pun kemajuan teknologi mereka saat ini adalah hasil kristalisasi kecerdasan dan kreativitas yang sama. Indonesia saat ini menghadapi persoalan stunting yang menjadi penghambat bertumbuhnya kecerdasan dan kreativitas. Satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting. Pemerintah harus secara serius mengatasi persoalan ini demi mewujudkan generasi masa depan Indonesia yang cerdas dan kreatif.(*)
Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/243382-pesan-tiongkok-untuk-indonesia