HalutPeristiwa

Halut Dipusaran Fenomena ‘Tali Pencabut Nyawa’

×

Halut Dipusaran Fenomena ‘Tali Pencabut Nyawa’

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Gantung diri (Foto : Net)

HARIANHALMAHERA.COM–Akhir-akhir ini fenomena akhiri hidup dengan cara gantung diri seolah menjadi pilihan utama sebagian warga di Kabupaten Halmahera Utara dibanding konsumsi racun, menyayat (iris) urat nadi dan menusuk diri ala hara-kiri. Bahkan setiap tahun angka aksi nekat gantung diri di Halut berdasarkan catatan Polres Halut telah mengalami peningkatan.

Sepanjang tahun 2022 misalnya, fenomena kasus gantung diri sebagiamana sumber data dari Reskrim Polres Halut sudah mencapai 19 orang bunuh diri, dimana secara rinci terbanyak di bulan Oktober, yakni tercatat 4 kasus/orang gantung diri, kemudian 3 kasus di bulan januari, 2 kasus di bulan Februari, 2 kasus di bulan Mei, 2 kasus bulan Juni, 2 kasus bulan Juli, 3 kasus di bulan Agustus dan 1 kasus di awal bulan November.

KBO Reskrim Polres Halut, Ipda Yakub Biyagi Panjaitan, pun menuturkan bahwa angka kasus gantung diri di Halut terus menunjukan peningkatan yang cukup drastic, namun semuanya tidak dapat dilanjutkan ke proses penyelidikan lantaran pihak keluarga korban menolak untuk dilakukan autopsy, karena menganggap murni musibah bunuh diri.

“Iya, angka kasus bunuh diri dengan cara gantung diri di Halut terus meningkat dan rata-rata peristiwa ini terjadi wilayah Tobelo Utara sampai dengan Kao. Dalam kasus ini, kami Polres Halut sempat menawarkan untuk dilakukan autopsi pihak keluarga untuk mencari tahu sebab-musabab bunuh diri, namun ditolak dengan alasan murni dilakukan oleh korban,”katanya, senin (7/11).

Sementara itu kasus bunuh diri ini mendapat sorotan Saiful Bahri, S.psi, M.A, Ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Malut juga Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU). Saiful mengatakan bahwa sesungguhnya perilaku bunuh diri merupakan persoalan yang kompleks, artinya banyak faktor yang membuat seseorang berani mengambil keputusan untuk melakukan bunuh diri.

Beberapa faktor yang saling berinteraksi lanjutnya, diantaranya faktor pribadi, pelaku, sosial, psikologis, budaya, ekonomi dan lingkungan. “Setiap diri manusia memiliki ketahanan mental yang berbeda-beda. Ada yang cepat depresi apabila mendapat tekanan atau masalah dari sosial, namun ada juga yang merasa biasa-biasa saja ketika mendapatkan tekanan, semua itu tergantung ketahanan mental seseorang, karena manusia dilahirkan dengan individual difference,”jelasnya.

Orang yang rentan bunuh diri biasanya menurutnya, terjadi pada mereka yang tidak mampu selesaikan masalah kemudian dipendam secara terus-menerus hingga mengakibatkan depresi. Padalah salah satu pencegahan adalah menceritakan masalah orang yang dipercaya seperti sahabat ataupun orang tua sendiri.

“Tanda-tanda yang bisa di amati oleh masyarakat secara psikologis, seperti yang tadinya suka bergaul, tiba-tiba mengurung diri di kamar saja. Kemudian topik pembicaraannya dominan tentang bunuh diri, tidak menyukai diri sendiri, membuat pesan-pesan perpisahan dan hal aneh lainnya yang tidak biasa ia lakukan,”ungkapnya.

Saiful menambahkan bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan dari kasus bunuh diri adalah terjadinya copycut suicide, artinya tindakan bunuh diri yang di latar belakangi ingin meniru kasus bunuh diri sebelumnya dan pemberitaan bunuh diri di media juga berpotensi menyebabkan individu melakukan copycat suicide, dimana fenomena ini disebut juga dengan Werther Effect, karena di era digital, internet telah menjadi sumber utama informasi yang memberikan penggambaran tidak pantas mengenai bunuh diri dan masalah kesehatan mental.

“Upaya pencegahannya peran media menjadi penting dan strategis. Informasi bunuh diri jika disampaikan tidak baik justru akan memicu terjadinya copycut suicide. Untuk itu media massa baik cetak maupun online sendiri sesungguhnya memiliki peran yang sangat strategis dalam pencegahan bunuh diri dan peningkatan derajat kesehatan mental. Dalam hal ini, media massa tidak hanya berperan sebagai penyebar informasi namun juga sebagai sarana untuk menghapus stigma dan diskriminasi terhadap penyintas bunuh diri dan penyintas kehilangan bunuh diri,”terangnya.

Dalam jangka panjang sambungnya, peran media massa dapat menjadi sangat signifikan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kesehatan jiwa ataupun mental seseorang sehingga dapat menekan angka kematian bunuh diri. Meskipun pemberitaan mengenai bunuh diri tidak selalu memiliki efek langsung, namun dapat mempengaruhi pemikiran dan perilaku individu di masa depan.

“Selaku Ketua HIMPSI Maluku Utara, saya berharap agar Pemerintah jangan bersikap apriori dengan kasus bunuh diri yang terjadi di bumi Moloku Kie Raha, khususnya di Halut, karena bunuh diri itu seperti virus modeling (meniru) yang dapat ditiru oleh seseorang yang kehilangan harapan hidupnya,”tuturnya.

“Ayo sama-sama kita mencegah kasus bunuh diri dengan mensosialisasikan cara-cara pencegahan bunuh diri. HIMPSI dan Teman-teman jurnalis harus bekerja sama mencegah perilaku bunuh diri di Maluku Utara, memberikan pengetahuan atau psiko edukasi kesehatan mental untuk mencegah bunuh diri,”sambungnya.

Selain itu dikatakan Saiful, peran Pemerintah sangat penting sebagai inisiator untuk pertemuan lintas instansi dan organisasi profesi untuk serius menekan serta mencegah angka bunuh diri di Malut. Bahkan sudah saatnya Pemprov Malut ataupun Kabupaten/Kota melaksanakan psiko edukasi kesehatan mental pencegahan bunuh diri dengan mengundang psikolog atau ilmuwan psikologi, akademisi, tokoh agama agar rutin memberikan psiko edukasi pentingnya kesehatan mental.

“Roadshow dari Desa ke Desa serta mewajibkan kepada masyarakat untuk ikut psiko edukasi tersebut. Atau membuat sejenis pelatihan pencegahan bunuh diri dengan mengundang para kepala Desa, Lurah ataupun yang dapat mewakili dari Desa/Kelurahannya masing-masing sebagai peserta pelatihan. Setelah diberikan pelatihan, kita bentuk volunteer (relawan) pencegahan bunuh diri, agar mereka bisa memberikan sosialisasi kepada masyarakat di desanya masing-masing. Semoga ini menjadi langkah ikhtiar kita bersama sehingga angka kematian bunuh diri di Maluku Utara dapat di minimalisir,”imbuhnya.(sal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *