Halut

Nama Masjid Raya Tobelo Ternyata Ini, Wabup Halut: Bukan Diganti Tapi Kembalikan ke Sejarah Aslinya

×

Nama Masjid Raya Tobelo Ternyata Ini, Wabup Halut: Bukan Diganti Tapi Kembalikan ke Sejarah Aslinya

Sebarkan artikel ini
Wabup Halut saat kukuhkan pengurus badan ta'mir masjid raya sekaligus luruskan perubahan nama

HARIANHALMAHERA.COM– masjid raya Tobelo yang sempat diberi nama Al Amin kini dikembalikan ke nama aslinya, yaitu masjid Agung Subulussalam. Pergantian nama tersebut resmi dilakukan langsung oleh Pemkab Hamahera Utara (Halut) melalui Wakil Bupati, Dr. Hi. Kasman Hi Ahmad, bersamaan dengan pengukuhan pengurus badan ta’mir masjid agung Subulussalam yang berlangsung Jumat (22/8) di masjid tersebut

Pengembalian nama masjid raya itu merupakan upaya Pemda Halut melalui Wabup Dr. Kasman, sebagai wujud meluruskan polemik terkait perubahan nama masjid Raya. Dihadapan pengurus badan ta’mir, orang nomor dua pemda Halut itu pun mengatakan bahwa tidak ada pergantian nama melainkan pengembalian ke nama asli yang pernah diberikan sejak awal berdirinya masjid.

“Sejak awal, ketika bantuan pembangunan masjid ini diserahkan di masa Bupati Ir. Hein Namotemo, tidak pernah ada nama resmi. Sebutan Masjid Raya Tobelo hanya muncul begitu saja. Setelah saya telusuri melalui literatur, penuturan ahli waris, dan tokoh-tokoh tua, nama yang asli adalah Subulussalam, artinya jalan-jalan keselamatan,”ungkapnya.

Wabup Kasman pun mengungkapkan, bahwa nama tersebut diberikan langsung oleh imam besar Abdullah Tjan Hoatjeng, tokoh sentral pendiri masjid. Bahkan, pada 1938, masjid ini menjadi pusat konsolidasi para imam di kawasan Tobelo, Kao, Galela, dan Morotai, yang kemudian membentuk organisasi IPOT (Imam Permusyawaratan Onder Af Theling Tobelo).

“Dari pusat inilah lahir para imam besar, seperti Abdullah Tjan Hoatjeng di Tobelo, Amli Sidik di Kao, Muhammad Amal di Galela, dan Humar Djuama di Morotai. Mereka diangkat dan disebar atas penugasan Kesultanan Ternate. Jadi nama Subulussalam bukan baru, tetapi warisan sejarah,”pungkasnya.

Mantan rektor UMMU ini pun menegaskan, dokumen asli memang hilang saat konflik sosial, namun berbagai sumber dan penuturan ahli waris telah mengonfirmasi nama Subulussalam, sehingga itu penetapan nama ini dituangkan resmi dalam keputusan Bupati.

“Jangan ada anggapan nama ini diganti oleh Bupati dan wakil Bupati sekarang. Kami hanya mengembalikan jati diri masjid sesuai sejarah. Nama Subulussalam membawa kesejukan, makna keselamatan, dan itulah yang tepat untuk masjid agung kebanggaan kita,”tegasnya.

Ketua DPW PAN Malut ini berharap, sebagaimana dulu menjadi pusat konsolidasi IPOT, Masjid Agung Subulussalam dapat kembali berperan sebagai pusat pembinaan imam dan pengembangan dakwah di Halut.

“Masjid Agung ini harus menjadi rujukan bagi masjid jami di kecamatan dan masjid-masjid desa. Semua bisa berkiblat dan berhubungan langsung dengan pengurus BTM Kabupaten,”ujarnya.(cal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *