HARIANHALMAHERA.COM– pelayanan rehabilitasi medik RSUD Tobelo kembali menuai sorotan tajam. Kali ini, datang dari seorang pasien operasi tulang belakang yang mengeluh soal pelayanan kesehatan yang dianggap semrawut, diskriminatif hingga jauh dari standar profesionalitas medis.
Pasien asal Halut itu pun mengaku kecewa berat terhadap pelayanan RSUD Tobelo usai menjalani terapi di Poli Rehabilitasi Medik. Sebab, salah satunya adalah sistem antrean yang seharusnya berbasis online dan teratur, justru tidak dijalankan dengan benar, dimana nomor antrean malan diabaikan, yakni pasien dipanggil sesuka hati, bahkan diduga terjadi tebang pilih pasien berdasarkan etnis.
“Kalau pasien etnis Tionghoa baru datang langsung dilayani, sementara pasien lain yang sudah antre berjam-jam dibiarkan menunggu. Ini jelas tidak adil dan melukai rasa kemanusiaan,”katanya dengan nada kecewa, Selasa (16/9).
Ia menegaskan bahwa pelayanan RSUD Tobelo dari tahun ke tahun bukan dievaluasi justru kian parah, bahkan dirasakan buruk oleh pasien, karena bukan memberi kesembuhan malah membuat pasien tambah sakit hati.
“Bukan sembuh, tapi tambah sakit hati. Tenaga medis seakan lupa sumpah profesi. Bukannya melayani dengan ramah, malah balik marah ke pasien. Ini tidak bisa ditolerir,”semprotnya.
Dia pun menuntut adanya evaluasi serius dari manajemen RSUD Tobelo, termasuk tindakan tegas terhadap oknum tenaga medis yang menyalahgunakan wewenang.
“Rumah sakit itu tempat mencari kesembuhan, bukan tempat mempermainkan pasien. Jika sistem antrean online sudah diterapkan, harusnya dijalankan konsisten, bukan diputarbalik seenaknya, saya mendapatkan nomor antrian ke 4 namun tiba-tiba nomor antrian loncat ke nomor 17,”ungkapnya.
Keluhan ini menurutnya, tentu memperlihatkan buruknya manajemen layanan di RSUD Tobelo dan menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah agar segera turun tangan melakukan perbaikan total. “Tanpa perubahan, kepercayaan publik terhadap layanan kesehatan daerah akan terus merosot.(cal)