HARIANHALMAHERA.COM – Mewabahnya virus korona (Covid-19) ternyata tidak begitu berdampak buruk pada nilai tukar petani (NTP) di Maluku Utara (Malut) pada bulan Maret kemarin.
Bahkan, Badan Pusat Statitsik (BPS) mencatat, dari enam provinsi yang mengalami kenaikan indeks NTP pada Maret, kenaikan tertinggi justeru terasi di Malut yakni sebesar 0,76 persen.
Sedangkan 28 provinsi yang mengalami penurunan NTP, penurunan paling tajam terjadi di Provinsi Riau, yakni mencapai 3,51 persen atau melampaui rata-rata nasional.
Secara nasional, menurut Kepala PS Suhariyanto dalam keterangan pers di Jakarta kemarin (1/4), indeks NTP nasional pada Maret 2020 mengalami penurunan 1,22 persen atau 102,09 poin ketimbang Februari.
BPS mencatat, penurunan terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) turun 1,08 persen, sedangkan indeks harga yang mesti dibayar (Ib) naik 0,14 persen.
Baca Juga: Kesehatan Penyumbang Inflasi Terbesar di Ternate
“Penurunan indeks harga yang diterima terjadi karena turunnya indeks harga yang diterima petani di seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan, holtikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan,” kata Suhariyanto sebagaimana yang dilansir tempo.co.id.
Adapun secara terperinci, subsektor perkebunan rakyat turun paling tajam mencapai 1,83 persen. Sedangkan subsektor tanaman pangan turun sebesar 1,1 persen. Kemudian, subsektor holtikultura turun 0,56 persen, peternakan turun 0,09 persen, dan perikanan turun 0,24 persen.
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. Nilai tukar petani juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. (tic/pur)