HARIANHALMAHERA.COM–Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Pemprov Malut sudah menyiapkan sebuah iven sekelas Sail yang akan dihelat secara bergilir di setiap Kabupaten/Kota Malut setiap tahunnya.
Iven ini dinamakan Festival Maloko Kie Raha. Dipusatkan di lokasi Sail Tidore, di Pantai Tugulufa, Kota Tikep, Minggu malam (28/11), bertempat festival Moloku Kie Raha ini resmi di louncing. “Setelah di lonching, semoga festival Maloko Kieraha kedepannya bisa dinikmati masyarakat,” kata AGK.
Gubernur Maluku Utara KH Abdul Gani Kasuba dalam melonching festival Maloko Kieraha menegaskan siapapun pemimpin di negeri ini harus menghargai para Sultan.
Gubernur mengatakan bahwa Moloku Kie Raha adalah daerah yang bertuan dalam hal ini kesultanan. Sebab, Allah takdirkan yang memimpin kita di masa lalu sampai saat ini adalah para sultan yang punya negeri ini. “Jika ada yang merasa kesultanan tidak terlalu penting, maka itu salah besar,” katanya.
Bahkan, orang tua di negeri ini pun mengajarkan agar selalu menghormati para sultan siapapun pemipin di negeri yang bertuan ini.
“Saya selalu pesankan kepada Bupati /walikota bahwa ingat Negeri punya tuan. Kalau kalian tidak melaksanakan maka kita akan mendapat sesuatu yang bisa menjadi halangan besar,” pesan AGK
Sementara itu, Kepala Dinas Parawisata dan Ekonomi Kreatif (Kadisperekraf) Malut Tahmid Wahab mengatakan, festival Moloku Kie Raha akan digelar secara bergilir di Kabupaten Kota mulai tahun 2024. “Di setiap Kabupaten /Kota itu kan ada iven, nanti torang lia perannya di mana baru torang doron. Karena ini iven daerah,” katanya
Pemprov akan mendorong Festival MKR ini masuk dalam kelender iven nasional Kemenperekraf, tanpa menganggu iven yang ada di setiap daerah.
“Ini berskala Provinsi saja, karena selama ini iven berskala Provinsi beum ada. Torang berharap iven ini bisa megakamodir 10 Kabupaten/Kota,” katanya.
Awalnya dalam lonching kemarin, sekaligus menghadirkan Kadis Parawisata 10 Kabupaten/Kota untuk dilakukan undian daerah mana yang lebih dulu digelar, namun karena waktu tidak cukup sehingga dilakukan di 2023 “Nantinya digilir. Setiap tahun satu Kabupaten/Kota,” katanya.
Meski berlangsung di Kabupaten/Kota, namun anggaran sarana prasarana sharing dengan Pemprov.
Tahmid mengatakan, selama ini di Malut yang dijual hanya sebatas wisata Bahari dan wisata alam, padahal ada sesuatu yang bisa dijual. “Sesuatu itu adalah empat kesultanan yang kita punya ini yang tidak dimiliki oleh daerah lain,” katanya.
Dengan festival ini, diharapkan kunjungan wisatawan di Malut bukan hanya menikmati pesona alam tetapi bisa mempelajari sejarah tardisi budaya yang ada. “Dan Festival Maloko Kieraha ini lebih menunjukan aspek sejarah dan budaya,” karanya.
Pentingnya edukasi tentang sejarah dan budaya di Malut khususnya bagi generasi muda, agar kedepan menjadi benteng masuknya budaya asing. “Dengan begitu mereka sudah punya kesadaran bahwa kesultanan menjadi sandaran kami selain itu mengangkat kejayaan empat kesultanan kejayaan Maluku Utara di masa lampau,” tukasnya.(adv/lfa/pur)