HARIANHALMAHERA.COM–Program vaksinasi terus berlanjut. Anak-anak sekolah usia 12 hingga 17 tahun atau dari tingkat SD hingga SMA/SMK, menjadi sasaran wajib vaksin. Hanya saja, menurut Irwan M Saleh SE, banyak siswa yang secara psikologis belum siap menerima vaksin.
Aktivis lulusan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini sedikit mengkritisi imbauan pemerintah yang mewajibkan semua sasaran vaksinasi. Baginya vaksinasi dengan tuntutan target ini, membuat kabupaten/kota mencari celah melalui regulasi, sehingga sifatnya mengikat.
“Sebenarnya vaksinasi itu tidak bisa dipaksakan. Seperti anak SD. Mereka yang belum siap akan mempengaruhi kejiwaan mereka. Pemkab harisnya memikirkan hal itu karena bisa saja berakibat fatal,” tegasnya.
Lanjut dia, anak SD jangan dipaksakan mengingat kekebalan tubuh mereka. Sebaikanya harus ada persetujuan dengan orangtua. “Jangan sampai orangtua tidak setuju, lalu dipaksa vaksin dan ada gejala ikutan pasca vaksin, siapa yang bertanggung jawab,” ujarnya.
Irwan mengaku vaksinasi perlu dilakukan sebagai antisipasi dengan harapan terciptanya kekebalam kelompok. Karena itu, dia mengusulkan khusus bagi anak perlu disosialisasikan lebih lanjut dengan melibatkan orangtua. “Jangan dipaksakan jika orangtua dan kondisi siswa yang belum siap. Kasihan anak-anak jika dipaksa, bisa stress dan sakit,” imbuhnya.
Saat pantauan lapangan di sejumlah sekolah, banyak siswa mengaku masih takut dengan vaksin. Ketakutan mereka bukan pada efek vaksin, tapi lebih kepada rasa sakit yang akan diterima saat jarum suntik menancap di lengan mereka.(tr-05/fir)