HARIANHALMAHERA.COM–Hal kecil tapi dampaknya besar. Ya, soal toilet sekolah. Ini masalah lama. Karena lamanya, sudah sering dilupakan dan diabaikan. Para siswa pun kebanyakan hanya dalam keadaan terpaksa menggunakannya. Kotor, bau, dan jorok, sehingga posisinya selalu paling belakang (tersembunyi).
Di Halut, salah satunya. Bahkan ada yang kondisi tidak layak. Air tidak mengalir, saluran pembuangan tidak direncanakan, kotor, tidak dilengkapi penerangan, serta bercampur antara laki-laki dan perempuan. Toilet-toilet sekolah tersebut sangat tidak memenuhi standar sanitasi. Padahal, sanitasi sekolah menjadi salah satu elemen penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.
Sebagaimana penuturan akademisi Universitas Hein Namotemo (Unhena) Gunawan Abbas. Menurutnya, pemerintah harusnya memiliki konsep ketika membangun atau mendesain sebuah infrastruktur bangunan sekolah, lebih utamanya masalah sanitasi. Ini menjadi tantangan bagi semua sekolah yang ada di berbagai daerah karena sanitasi yang baik itu menjadi salah satu indikatornya toilet yang higienis, sangat memengaruhi kesehatan dan kemampuan anak untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik.
“Beberapa kondisi memprihatinkan yang sering dijumpai pada toilet sekolah antara lain jumlah toilet yang tidak mencukupi sesuai dengan jumlah murid di sekolah, tidak tersedianya air bersih dalam jumlah yang cukup, serta kloset yang tidak bersih, berbau, dan dapat dijamah oleh bakteri,” ucapnya.
Selain itu, sambung Gunawan, toilet sekolah juga banyak yang tidak menyediakan tempat cuci tangan yang memadai. Ventilasi dan penerangan cahaya toilet masih kurang dan belum tercukupinya fasilitas pendukung kebersihan toilet. Hal seperti ini harusnya lebih diperhatikan oleh Pemkab ketika mau membuat bangunan sekolah, sehingga fasilitas yang sudah di bangun harus dijaga dengan baik, agar tidak cepat rusak dan lama digunakan.
“Seharusnya Pemkab ketika membangun fasilitas sekolah, harus memberitahukan kepada kepala sekolah maupun dewan guru, agar bisa menjaga fasilitas yang telah di bangun, terutama toilet. Karena itu menjadi kebutuhan bagi guru maupun siswa,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Cabang Disdikbud Halut Anthon Toim saat dikonfirmasi mengatakan, bahwa program pengadaan sanitasi di sekolah sudah digalakkan dan akan terus dioptimalisasi, sehingga masalah toilet kotor akan segera teratasi.
“Untuk SMA dan SMK rata-rata sudah memiliki toilet bersih dan sesuai standar, karena kami telah melakukan program pengadaan sanitasi, agar siswa hidup bersih,” katanya, pada Senin (27/9).
Meski demikian, fakta di lapangan, masih banyak siswa yang mengeluhkan soal toilet ini. Dari tingkat PAUD/TK, hingga SMA sederajat. Padahal, setiap tahunnya ada anggaran pendidikan yang dialokasikan. Bahkan, amanat UU harus 20 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Dari pemerintah pusat, selain melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan, juga dialokasi lewat Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Meski dalam penggunaannya, paling utama dari APBN/APBD, sementara dana BOS dibatasi untuk pemeliharaan, bukan pembangunan sarana dan prasarana di sekolah.
Di sisi lain, bukan hanya toilet sekolah yang kondisinya memprihatinkan. Toilet di sejumlah instansi pemerintah pun tak kalah memprihatinkan.(cw/fir)