HARIANHALMAHERA.COM–Keberadaan Bandara Kuabang Kecamatan Kao, Halmahera Utara (Halut) nampaknya bisa membatalkan rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku Utara (Malut) untuk membangun sebuah bandara di Desa Leleo, Kecamatan Oba Tengah, Kota Tidore Kepulauan (Tikep) yang saat ini masih menunggu penetapan lokasi oleh Kemenhub.
Sebab, ada upaya dari pemerintah pusat untuk untuk mendorong Bandara Kuabang menjadi bandara utama di Malut menggantikan Bandara Sultan Baabullah Ternate yang sudah tidak layak lagi untuk dikembangkan.
Ini terlihat dari selain dibangunnya ruang terminal yang kemarin diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kemenhub juga telah mengusulkan untuk dilakukan pelebaran jalan dari Sofifi, menuju ke Bandara Kuabang untuk melancarkan dan mempercepat pergerakan masyarakat. “Bandara ini menjadi kebanggaan masyarakat Maluku Utara,” kata Menhub Budi Karya Sumadi, Rabu (24/3).
Menurut Budi, keberadaan Bandara Kuabang sangat penting. Karena bandara yang dibangun dengan anggaran lebih dari Rp 300 miliar itu dapat meningkatkan konektivitas dan mempermudah aksesibilitas masyarakat di Malut dan sekitarnya.
“Dengan anggaran lebih dari Rp300 Miliar dan panjang runway 2400 meter, cukup panjang dan sangat memadai untuk meningkatkan konektivtias, pariwisata, dan kegiatan ekonomi di Maluku Utara,” kata Menhub.
Posisi Bandara Kuabang yang berjarak 85 km dari Sofifi dinilai sangat strategis. Sehingga Kemenhub menilai bandara ini layak untuk dikembangkan. Apalagi, Kuabang merupakan salah satu pintu masuk melalui udara di Malut.
Keberadaan bandara ini sangat penting untuk membuka aksesibilitas dan konektivitas dari dan ke Kabupaten Halut. Di mana daerah ini memiliki sejumlah destinasi wisata alam dan bahari andalan.
Selain itu, bandara ini juga berpotensi melayani orang dan barang. Karena bisa mendukung operasional pertambangan emas PT.Nusa Halmahera Minerals (NHM)
Selain itu, Kemenhub juga telah berkoordinasi dengan beberapa operator maskapai untuk mengadakan penerbangan regular dari dan ke Bandara Kuabang.
Bahkan, perintah ini datang langsung dari Presiden. Bahkan, Jokowi meminta dalam sepakan minimal ada dua penerbangan reguler ke Kuabang. “Kemudian baru naik lagi ke keadaan normal, yaitu tiga kali sehari,” ucap kata Jokowi.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, pembangunan Infrastruktur termasuk Bandar Udara adalah membangun peradaban. “Bayangkan misalnya, dulu belum ada jalan dari Halmahera Utara menuju ke Sofifi, kita harus jalan kaki. Sekarang setelah jalannya ada berarti bisa naik bus, bisa naik motor, bisa naik mobil. Membangun peradaban baru. Sekarang ada bandara, artinya apa? kita disiplin harus tepat waktu karena datang ke bandara untuk terbang ke kota lain, dan waktunya, jamnya sudah ditentukan, kalau tidak (disiplin), berarti ditinggal oleh pesawat. Itu juga membangun kedisiplinan baru, membangun peradaban,” katanya.
Selain membangun peradaban, pembangunan Bandara juga membangun daya saing, kompetisi dengan dan negara lain. “Ini yang harus kita tahu semuanya, bahwa membangun infrastruktur itu bukan hanya melulu fisik,” katanya.
Pembangunan Bandara ini juga untuk keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. “Banyak yang saya dengar, “Pak, jalannya, Airport-nya dibangun jangan hanya di Jawa dan Sumatra saja. Kami di bagian timur memiliki hak yang sama untuk memiliki airport, memiliki jalan yang baik,”. dan keinginan itu betul. Sekali lagi, bahwa pembangunan ini juga untuk sebuah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ditambahkan, pembangunan infrastruktur juga menyatukan, membangun persatuan dan kesatuan . Menyatukan antardaerah, antarkabupaten/kota, antarprovinsi, antarpulau, antarwilayah. “Dari Halmahera Utara bisa terbang ke Jakarta, bisa terbang ke Aceh, bisa terbang ke Kalimantan, juga bisa terbang ke Papua. Ini bisa menyatukan.
Kepala Negara berharap, keberadaan Bandara Kuabang ini akan muncul titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di sekitar bandara ini.
Soal perintah Presiden yang berkeinginan adanya dua penerbangan reguler ke Kuabang, menurut Kepala Bandara Kuabang Ristu Bintoro, kemungkinan besar akan diisi dua maskapai bertarif rendah, yakni Wings Air dan Citilink.
Apalagi Wings Air sejak awal sudah membuka rute Manado-Kuabang.
“Kami memang sampai saat ini terus berkoordinasi dengan maskapai Wings Air, agar sedianya bisa melanjutkan penerbangan regular,” terang Ristu.
Begitu juga dengan Citilink. Anak perusahaan Garuda Indonesia ini tengah bekerjasama dengan PT NHM sebagai pesawat carter karyawan dan mitra kerja perusahaan. Pesawat yang digunakan adalah jenis airbus. “Memang (citilink) saat ini masih sebatas carter dari PT NHM. Namun, ke depan tidak menutup kemungkinan akan menjadi penerbangan regular yang terbuka untuk masyarakat umum,” tukasnya. (dit/sdc/pur)