HARIANHALMAHERA.COM–Produksi hasil bumi oleh petani lokal berupa kopra di Kabupaten Halmahera Barat (Halbar) tergolong tinggi. Meski di lain sisi, harga komoditi andalan petani di Maluku Utara itu kerap fluktuatif.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Halbar, dalam setahun tingkat produksi komoditi kopra di Halbar mencapai 29.870 atau seratus ton, dari total luas area 31.570 hektare yang tersebar di seluruh kecamatan.
Kepala Dinas Pertanian Halbar, Totari Baladjai, kepada Harian Halmahera, Rabu (7/10), mengungkapkan jika dilihat dari segi kuantitas, tingkat produksi komoditi kopra di Halbar tergolong cukup tinggi.
Namun dari sisi kualitas, kopra menjadi salah satu faktor penentu untuk didorong ke depan, agar menjadi sektor yang diunggulkan. Termasuk komoditi pala dan cengkeh. Semua bisa diekspor ke luar negeri melalui jalur tol laut yang saat ini sudah beroperasi di Pelabuhan Matui, Jailolo.
“Untuk peningkatan produksi kopra ini, kita selalu berupaya merubah minset petani agar mampu memproduksi kopra hitam ke produksi kopra putih. Karena selain kualitas, harga di pasaran untuk jenis kopra putih ini tergolong tinggi,” terangnya.
Totari menjelaskan, berdasarkan harga di pasaran saat ini, harga komoditi kopra hitam di Halbar mengalami kenaikan sebesar Rp6 ribu per-kilo. Sedangkan kopra putih bisa mencapai Rp10 ribu per-kilo.
Sedangkan penjualannya, kata dia, sebagian besar dibawa ke Manado dan Surabaya melalui jalur tol laut. Dengan melihat tingginya produksi kopra oleh petani di Halbar ini, pada 2021 mendatang Dinas Pertanian akan mendorong pencanangan Gerakan Orientasi Ekspor (Gosora).
“Gosora ini akan difokuskan pada komoditi unggulan, baik kopra, cengkeh dan pala. Khusus kopra yang bahan bakunya dari kelapa ini, ke depan akan diupayakan (ekspor) serabut kelapa dan batok atau tempurungnya,” tuturnya.
Menyentil adanya hama sexava yang kerap merusak tanaman kelapa, kata Totari, pihaknya selalu menyampaikan ke para petani kopra, bahwa cara yang paling efektif adalah membersihkan dengan cara membakar di sekitar akar pohon.
“Hama serangga ini kebanyakan di Kecamatan Ibu. Tapi ini semua tergantung pemilik kelapa. Selain dilakukan penyemprotan, yang lebih penting adalah membersihkan di bagian bawah pohon kelapa,” tuturnya.
Karena menurut dia, hama serangga kerap berkembang biak. Sedangkan telurnya kerap disimpan di bawa pohon. “Jadi harus selalu dilakukan pembakaran di bawah pohon, agar telurnya tidak bisa menetas,” pungkasnya. (tr-4/kho)