HARIANHALMAHERA.COM–25 tahun silam, Stadion Wembley pernah menjadi cerita kelam bagi tactician Inggris Gareth Southgate di turnamen Euro. Di babak semifinal itu, The Three Lions dipermalukan timnas Jerman lewat drama adu penalti yang berkesudahan 5-6.
Southgate pun dianggap sebagai biang kerok atas tersingkirnya The Three Lions di Euro 1996. Sebab Southgate sebagai algojo keenam Inggris adalah satu-satunya yang gagal mengonversikan tendangan penalti menjadi gol.
Nah, menghadapi lawan di Stadion yang sama dinihari nanti, Tactician 50 tahun itu berharap berharap memori pahitnya diulang oleh Harry Kane dkk. Dia pun sudah menyiapkan kejutan untuk Jerman. (live di RCTI / Mola TV Pukul 01.00 WIT). “Selama dua dekade karir saya sebagai pemain, hanya momen itu yang tak terlupakan. Orang-orang menjulurkan kepala dari jendela mobil mereka dan meneriaki saya sepulang dari Wembley malam itu,’’ kenang Southgate.
Southgate boleh saja berharap demikian. Namun, menilik perfoma Inggris, ada PR (pekerjaan rumah) yang dihadapi Southgate. Yaitu produktivitas di lini serang.
Produktivitas Inggris sangat inferior kalau dibandingkan juara grup lainnya seperti Belanda (8 gol) maupun Italia dan Belgia (7 gol). The Three Lions pun masuk dalam daftar juara grup dengan produktivitas terminim dalam histori Euro.
Kane sebagai ujung tombak sekaligus mesin gol yang diharapkan The Three Lions masih nirgol. Dua gol justru lahir dari wide attacker Raheem Sterling. Pemain yang sepanjang musim lalu banyak terpinggirkan dari starting XI di Manchester City.
Padahal, Southgate sudah mencoba sembilan pemain yang ada di lini serang The Three Lions. Antara lain Kane dan Sterling yang selalu bermain starter dalam tiga laga. Lalu, Marcus Rashford (tiga kali pengganti), Jadon Sancho (sekali pengganti), Jack Grealish (sekali starter dan sekali pengganti), Phil Foden (dua kali starter), Mason Mount (dua kali starter), hingga Bukayo Saka (sekali starter) dan Dominic Calvert-Lewin (sekali pengganti).
“Susah membayangkan kalau Inggris menghadapi tim-tim yang lebih kuat di 16 besar. Mereka sama sekali belum teruji (di fase grup, red),” kata pandit ITV sekaligus mantan bintang Manchester United Roy Keane.
Ucapan Keane ada benarnya. Sebab, Jerman sendiri berada di Grup F yang notabene dihuni timnas-timnas tangguh seperti Prancis, dan Portugal. ”Dalam satu waktu, Anda memang harus berhadapan dengan tim terbaik dan dalam sebuah turmanen, hal itu merupakan tantangan yang tidak terhindarkan,” ucap Sterling kepada ITV.
Menurut Sterling, sejak awal turnamen, Inggris memang hanya fokus bagaimana mengakhiri fase grup sebagai pemuncak klasemen. Tapi, tidak dengan performa. ”Kami bakal siap dan tentu saja memperbaiki kekurangan dari laga-laga sebelumnya,” imbuh pemain yang karib disapa Heemio tersebut.
Di saat lini serang Inggris mendapat catatan, rapor bagus ditunjukkan lini pertahanan. Belum ada pemain yang mampu membobol gawang The Three Lions selama fase grup. Padahal, bek termahal dunia Harry Maguire baru siap dimainkan melawan Ceko (23/6).
Bukan hanya itu. Sebelum Euro 2020, Inggris sejatinya pernah konfiden dengan skema main tiga bek. Tapi, sejak tahun ini, Southgate kembali memainkan skema empat bek.
”Jika Anda tidak kemasukan gol, maka Anda yang jadi pemenang di dalam sepak bola. Kami telah melakukannya dengan bagus sejauh ini,” tutur Sterling.
Menilik statistik pasukan Joachim Loew yang tak terkalahkan dalam empat laga terakhir di Wembley Stadium (semuanya international friendly match), Southgate tidak akan bisa tidur nyenyak. ’Percayalah, di Wembley kami akan tampil berbeda (dari fase grup). Saya bisa menjanjikan itu,’’ tegas der trainer Jerman Joachim. (jpc/pur)