Datang demi tantangan. Keinginan Zlatan Ibrahimovic saat kembali memperkuat AC Milan pada Januari lalu memang bukan untuk bernostalgia. Melainkan karena Ibra –sapaan akrab Zlatan Ibrahimovic– masih ingin meraih prestasi di usia yang sudah senja.
HARIANHALMAHERA.COM – Secara personal, Ibra boleh dibilang sukses menuntaskan tantangan musim lalu. Pemain berusia 38 tahun itu masih menjadi striker yang produktif di Serie A. Di semua ajang musim lalu, Ibra masih bisa melesakkan 11 gol dari 20 kali penampilan bersama Rossoneri, sebutan AC Milan.
Nah, musim ini (2020–2021) yang notabene musim kedua bersama Rossoneri, Ibra membuat tantangan yang lebihmenantang lagi. Yakni, mengulang keberhasilan membawa Rossoneri meraih scudetto pada 2010–2011. Momen sedekade lalu itu merupakan musim keduanya dalam periode pertama mengenakan jersey AC Milan.
”Di periode sebelumnya (membela AC Milan, Red), aku meraih gelar liga di musim pertama dan mencetak lebih banyak gol di musim kedua. Kali ini (periode kedua membela AC Milan), aku sudah melakukan tugasku sebagai striker (di musim pertama) dan musim kedua sudah saatnya aku lebih membantu tim untuk meraih gelar liga kembali,” beber Ibra kepada Aftonbladet.
Meski mengaku tidak percaya mitos, Ibra menjadikan pergantian nomor punggung sebagai spirit untuk merealisasikan ambisinya. Jika musim lalu Ibra mengenakan nomor 21, musim ini pemain asal Malmo, Swedia, tersebut beralih ke nomor 11. Nomor 11 adalah nomor yang dikenakan pemilik julukan Ibracadabra tersebut bersama Rossoneri pada 2010 –2011.
”Kenapa aku memilih nomor 11? Karena aku pikir fans lebih kenal denganku ketika aku mengenakan nomor tersebut. Makanya, aku ingin mengenakannya kembali,” kata Ibra yang kemarin (1/9) sekaligus meneken perpanjangan kontrak semusim bersama Rossoneri seperti dilansir La Gazzetta dello Sport.
Nomor 11 di skuad AC Milan lowong setelah Ibra bergabung pada Januari lalu. Atau setelah Fabio Borini pindah ke Hellas Verona. Nomor 11 di Rossoneri tidak terlalu menjadi atensi belakangan ini karena sebelum Borini, Lucas Ocampos, hanya mengenakannya selama paro musim kedua 2016–2017 dan tidak terlalu bersinar. Musim ini Ocampos malah sukses bersama Sevilla dengan memenangi Liga Europa.
Misi Ibra memenangi scudetto kali kedua bersama AC Milan tentu tidak mudah kalau melihat konfigurasi kekuatan di Serie A saat ini. Selain Juventus masih dominan dan dijagokan merebut scudetto kesepuluh beruntun, daftar penantang La Vecchia Signora –julukan Juventus– tidak menyertakan Rossoneri.
Inter Milan di musim kedua bersama Antonio Conte dianggap bisa makin kompetitif. Belum lagi SS Lazio yang musim lalu mengalahkan Juve di Supercoppa Italiana. Atau SSC Napoli yang juga menaklukkan La Vecchia Signora dalam final Coppa Italia.
Tapi, Ibra tetap optimistis dengan kans AC Milan. ”Ketika aku memulai musim ini, maka tujuanku hanya memenanginya,’’ koar striker yang sudah empat kali merasakan scudetto itu.
Selain bersama AC Milan, Ibra tiga kali meraihnya di Inter Milan. Ibra sejatinya juga merayakan scudetto dua kali selama dua musim berkostum Juve. Tapi, dua titel itu dihapus karena Calciopoli.
Selain nomor punggung yang berubah, gaji Ibra di AC Milan juga naik musim ini. Dari yang semula permusim dia dibayar EUR 3,5 juta (Rp 61,2 miliar), melonjak dua kali lipat menjadi EUR 7 juta (Rp 122,5 miliar). Nominal itu menempatkannya sebagai pemilik bayaran tertinggi di skuad Rossoneri atau melebihi bayaran per musim kiper Gianluigi Donnarumma, EUR 6 juta (Rp 105 miliar). (jpc/pur)