HARIANHALMAHERA.COM – Project Restart atau proposal lanjutan Premier League 2019–2020 sudah disetujui. Jika tidak ada aral yang melintang, kompetisi kasta teratas di Inggris itu kembali bergulir dengan sistem kandang-tandang pada 12 Juni nanti. Artinya, opsi menggunakan stadion netral tidak lagi dipilih.
Opsi tersebut muncul bertujuan menghindari kerumunan fans yang tetap nekat menonton langsung pertandingan. Meski protokol pertandingan selama pandemi Covid-19 belum berakhir adalah tanpa penonton, fans belum tentu mau tetap berada di rumah dan menonton dari layar kaca.
Pihak keamanan sebetulnya sempat memberi lampu hijau penggunaan stadion netral. Asalkan, klub bersedia menanggung risiko keamanannya secara penuh. Namun, situasinya berubah setelah pertemuan antara perwakilan klub Premier League, klub EFL (tiga klub kasta di bawah Premier League), FA (Asosiasi Sepak Bola Inggris), hingga pemerintah dan otoritas keamanan Inggris kemarin (13/5).
’’Jika klub sanggup menggaransi bisa mengontrol 100 persen fans tidak datang, sistem stadion netral bisa diterapkan. Tapi, belum ada klub yang berani memberikan komitmen,’’ kata Senior Football Police Officer Inggris Mark Roberts kepada Sky Sports
Menurut Roberts, pihaknya sudah mempertimbangkan risiko paling minim antara sistem kandang-tandang dan sistem sentralisasi stadion netral). Sejauh ini sistem yang berlaku masih lebih baik. ’’Karena kami juga mempertimbangkan fasilitas umum, aspek ekonomi, dan moral dari konsep pertandingan masing-masing,’’ jelasnya.
Pemuncak klasemen sekaligus kandidat juara Premier League, Liverpool, termasuk yang mendukung sistem sentralisasi stadion. Sebab, Wali Kota Liverpool Joe Anderson khawatir tentang situasi kotanya jika Jordan Henderson dkk menang di kandang (Anfield) dan memastikan gelar.
’’Pasti akan ada arak-arakan dan hal itu tentu melanggar aturan pembatasan jarak sosial saat pandemi Covid-19. Apalagi, Kopites (julukan fans Liverpool, Red) sudah merindukan momen tersebut selama 30 tahun,’’ ujar Anderson kepada Liverpool Echo
Sumber di pemerintah Inggris menjelaskan, sistem kandang-tandang masih menjadi pilihan karena butuh waktu memilih dan mempersiapkan diri dengan sistem sentralisasi stadion. Kelayakan merupakan pertimbangan utama lantaran kondisi stadion di Inggris yang rata-rata konvensional.
Dalam dua dekade terakhir, hanya ada empat stadion baru di Negeri Britania Raya. Yakni, Etihad Stadium (2003), Emirates Stadium (2006), London Stadium (2012), dan Tottenham Hotspur Stadium (2019).
Bukan hanya itu. Rata-rata, stadion di Inggris juga berada di kawasan permukiman. Sebut saja Emirates Stadium atau Anfield. ’’Berbeda kalau stadion netral berada di luar kota. Hal itu memudahkan kontrol karena sistem transportasi umum yang terbatas,’’ tulis Daily Mail
Komunikasi klub Inggris dengan suporter juga menjadi kendala penerapan sentralisasi stadion. Sebab, kelompok suporter di Inggris lebih sulit dikendalikan. ’’Dibutuhkan kedewasaan dari fans untuk memahami bahwa pertandingan tertutup dilakukan demi kebaikan bersama,’’ ucap kapten Manchester United Harry Maguire kepada Manchester Evening
Project Restart memuat sejumlah aturan yang membatasi perilaku pemain selama pertandingan. Nah, selain larangan meludah, ternyata ada larangan yang dinilai konyol. Yaitu, menekling. Kabarnya, regulator Premier League sudah meminta klub-klub menyosialisasikan larangan menekling kepada para pemain mereka untuk diterapkan dalam sesi latihan.
’’Pembiasaan-pembiasaan baru di Project Restart, tampaknya, sulit. Sebab, waktu untuk sesi latihan yang diberikan maksimal hanya 75 menit. Tentu tidak cukup untuk mencerna aturan-aturan baru yang diinginkan,’’ kata salah seorang pemain klub Premier League yang enggan namanya disebutkan. (jpc/pur)