HARIANHALMAHERA.COM –Puluhan warga Desa Payo Tengah, Kecamatan Jailolo, Halmahera Barat (Halbar), Kamis (14/5) sekira pukul 17.20 WIT, mendatangi rumah susun (Rusun) di Desa Acango, yang kini dijadikan sebagai lokasi karantina terpusat penanganan Covid-19.
Mereka mengaku kesal dengan sikap Pemerintah Kabupaten Halbar, yang terkesan tidak memberikan pelayanan maksimal terhadap dua warganya, yang sedang menjalani masa karantina di rusun tersebut.
Pantauan Harianhalmahera.com, puluhan warga yang terlihat emosi sempat merengsek masuk di ruang utama rusun, dan mengobrak-abrik sejumlah kursi plastik. Mereka bahkan mengancam bakal membakar rusun.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Halbar, Imran Lolori, yang tiba di lokasi kejadian, harus turun tangan menenangkan puluhan warga yang sudah tersulut emosi.
“Pemerintah ini kerja kong cuman rapat-rapat. Anggaran sampe Rp 53 Miliar buat apa saja. Obat-obatan sampai kebutuhan sehari-hari berupa pasta gigi harus ditanggung keluarga,” teriak warga.
Kesal dengan pelayanan Pemkab, kedua warga Payo Tengah yang sementara menjalani masa karantina akhirnya dijemput dan dibawa pulang oleh keluarganya, menuju kediamnya di Desa Payo Tengah.
Kekesalan juga datang dari pihak keluarga berstatus orang tanpa gejala (OTG) dari Kecamatan Ibu, yang juga menjalani karantina di rusun. Mereka memilih pulang saat dijemput pihak keluarga.
Sofyan, suami salah satu warga Kecamatan Ibu kepada wartawan, mengaku sebelumnya, isrtinya menjalani perawatan di RSUD Jailolo dengan penyakit Muntaber. Namun setelah itu, istrinya justru dibawa ke rusun untuk menjalani karantina.
“Istri saya itu menderita penyakit Muntaber, baru diberikan makanan yang pedas-pedas. Obat-obatan juga dibeli oleh kami selaku keluarga,” singkatnya.
Kepala BPBD Imran Lolori pun mengaku kesal dengan kinerja Tim Satgas Covid-19. Sebab keberadan rusun yang mestinya dijadikan tempat karantina, justru digunakan sebagai tempat pasien yang baru selesai menjalani operasi, yang diduga tidak berkaitan dengan Covid-19.
“Dalam setiap rapat juga sering saya sampaikan, tempat karantina ini bagi warga status ODP ataupun PDP, bukan malah pasien yang dialihkan ke sini. Tadi kalau tidak ada saya, mungkin rusun ini sudah dibakar oleh warga,” kesalnya. (tr-4/Kho)