HARIANHALMAHERA.COM–Halut berduka. Dua tenaga kesehatan (nakes) yang selama ini menjadi garda terdepan dalam melayani pasien terinfeksi covid-19, meninggal dunia. Kematian nakes akibat covid menambah panjang daftar nakes yang gugur dalam memerangi pandemi.
Bagi Halut, kepergian dua nakes untuk selama-lamanya menjadi beban tersendiri. Saat ini, Halut tengah menghadapi kemungkinan munculnya gelombang baru penyebaran covid. Di sisi lain, sebagaimana rapat evaluasi penanganan covid-19 pada Senin (21/6), Halut disebut sangat kekurangan nakes.
Kabar meninggalnya dua nakes, diawali beredarnya sebuah postingan gambar di sosial media pada akhir pekan kemarin. Sebuah gambar pemberitahuan berhentinya operasi pelayanan kesehatan di Puskesmas Pitu untuk sementara hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Pelayanan dialihkan ke Puskesmas terdekat, yakni Puskesmas Tobelo.
Awalnya, postingan ini tidak terlalu mendapat tanggapan serius dari warganet. Anggapannya, mungkin ada kendala dalam operasional sehingga membutuhkan waktu dalam penyelesaian. Namun, belakangan mulai banyak yang menduga penutupan pelayanan kesehatan berkaitan dengan covid.
Saat dalam penelusuran, koran ini menerima pesan dari seseorang bahwa benar penutupan pelayanan kesehatan di Puskesmas Pitu terkait covid. Si pemberi pesan kepada wartawan tidak memberikan informasi rinci. Dia hanya memberitahukan bahwa dua tenaga kesehatan di Puskesmas Pitu meninggal karena covid. “Coba dikonfirmasi langsung kepada dinas terkait atau pihak rumah sakit. Silakan pastikan apakah informasi itu benar atau tidak,” sarannya.
Kristian Mailoa sebagai Kepala Tata Usaha (KTU) Puskesmas Pitu berhasil dikonfirmasi, kemarin. Dia membenarkan bahwa dua nakes meninggal dunia akibat terpapar pandemi covid-19. Dia menyebut, satu nakes meninggal pada Kamis (17/6), kemudian satunya lagi meninggal dunia pada Jumat (18/6). “Kedua nakes meninggal dunia saat perawatan insentif di RSUD Tobelo,” ujarnya.
Selain kedua nakes, dia juga menyebut ada 8 nakes yang ikut terpapar covid. Karena kondisi itulah, lanjutnya, untuk sementara pelayanan Puskesmas Pitu ditutup sementara. “Jika kedepan nantinya situasi sudah steril, maka pelayanan Puskesmas Pitu akan dibuka kembali,” terangnya.
Sementara itu, saat ini tim covid-19 Pemkab Halut sedang melakukan tracing atau penelusuran kontak erat dengan pasien. Dinas Kesehatan (Dinkes) Halut menginformasikan sudah menemukan 13 orang yang pernah bersama dengan nakes, termasuk kelurganya, sehingga saat ini mereka sudah di karantina.
“Memang benar Puskesmas Pitu sementara waktu kami tutup karena salah satu perawat di Puskesmas tersebut sudah terpapar covid. Saat ini juga kami melakukan tes PCR dan menemukan 13 orang termasuk kelurganya,” kata Kepala Dinkes Halut Muhammad Tapi Tapi, Selasa (22/6).
Muhammad mengatakan, sebenarnya hari ini (kemarin, red) Puskesmas Pitu sudah akan diaktifkan kembali. Namun pada saat pemeriksaan tim terhadap orang terdekat korban, kembali menemukan 13 orang yang positif, sehingga rencana pembukaan pelayanan kesehatan Puskesmas Pitu diurungkan. “Sampai saat ini Puskesmas tersebut masih ditutup, agar tidak ada penambahan orang yang terpapar. Kami tetap berkordinasi dengan Puskesmas untuk memastikan bahwa sudah tidak ada lagi orang yang terpapar,” ujarnya.
Terpisah, Komisi III DPRD Halut yang ‘mengawasi’ kinerja Dinkes, ikut memberikan penegasan. Ketua Komiisi III Sahri Hi Rauf meminta kepada tim covid-19 Halut, agar lebih serius dan tegas dalam pengembilan keputusan terkait penanganan pandemic covid di Halut agar tidak meluas.
“Harus ada langkah nyata dari pemerintah dalam hal ini tim covid. Pastikan penelusuran kasus dengan cermat. Biar diketahui secara pasti dari mana awal mula penyebaran,” tegasnya.
Terkait dua kasus kematian secara berturut-turut ini, memang butuh kerja ekstra untuk melacak penyebaran covid ini. Darimana nakes terinfeksi? Apakah ada riwayat keluar daerah? Ataukah ada kontak dengan pasien positif. “Harus jelas pelacakan kontak. Keluarga pasien, termasuk daftar pasien Puskesmas Pitu. Ini harus betul-betul dilakukan, agar diketahui. Jangan sampai ketidakjelian tim covid justru menimbulkan permasalahan lebih besar. Janganlah sampai ada kluster baru,” harapnya.
Selain itu, Sahril juga mengkritisi tim covid yang menempatkan orang sebagai juru bicara yang tidak memiliki kompetensi dalam penyampaian informasi terkait kesehatan. “Harus ada juru bicara yang kompeten. Sehingga dalam penyampaian informasi kepada masyarakat, jelas dan terukur. Jangan menakut-nakuti, tapi mampu memberikan pemahaman lewat narasi,” sarannya.(cw/tr-05/fir)
Respon (1)