HARIANHALMAHERA.COM–Situasi di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) kemarin, lebih ramai dibanding hari biasanya. Antrean panjang pun tak terhindarkan. Ini terjadi akibat informasi keliru akan terjadinya kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Info itu diperkuat dengan fakta kosongnya BBM di sejumlah pengecer.
Padahal kondisi terjadi hampir setiap tahun. Saat kondisi cuaca buruk, suplai BBM ke sejumlah depot akan mengalami keterlambatan. Otomatis distribusi BBM hingga ke SPBU pun akan mengalami keterlambatan. “Sebenarnya tidak terjadi kelangkaan BBM. Hanya saja karena kapal tanker terlambat masuk,” kata Feidi, Kepala SPBU Wosia, Senin (8/11).
Menurutnya, sore hari ini (kemarin, red) kemungkinan BBM sudah mulai pulih dan pelayanan akan kembali normal. Dia pun meminta agar pengecer tidak bermain harga di masyarakat. Karena ini bukan kelangkaan BBM, hanya saja kapal pengangkut BBM terlambat masuk. “Saya hanya berharap agar pengecer tidak memainkan harga BBM, karena harga di SPBU tetap normal,” pintanya.
Dari pantauan yang dilakukan wartawan koran ini di dua SPBU di Tobelo, antrean kendaraan baik roda dua, roda empat, maupun bentor sekira 50-100 meter. Pemilik kendaraan pun harus rela mengantre hingga berjam-jam. Sampai tadi malam sekira pukul 20.00 WIT, masih terlihat antrean kendaraan.
Warga rela mengantre karena takut tidak akan mendapatkan BBM karena stok terbatas. “Sekali lagi tidak perlu panik. Stok BBM tetap mencukupi untuk melayani kebutuhan bahan bakar masyarakat di Halut. Tidak usah khawatir karena stok BBM tetap ada dan semua akan terlayani,” ujarnya.
Meski antrean BBM di SPBU ini akibat keterlambatan suplai, namun Rulivan Tuandaly, mahasiswa Universitas Halmahera (Uniera), mengaku cukup membuat aktivitas akademis terganggu. “Terpaksa saya tidak kuliah. Mau ke kampus tapi di seputaran Tobelo tidak ada yang menjual BBM,” ucapannya.
“BBM ecer kosong sejak kemarin, Biasanya di pertamini banyak yang menjual, namun sudah dua hari ini mengalami kekosongan,” tambahnya.
Hal ini juga dirasakan salah satu anggota DPR Halut, Irwan Jam. Dia menyebut kelangkaan saat ini sangat berdampak pada aktivitas pekerjaannya. Olehnya, dia berharap pihak SPBU dapat menggunakan pelayanan terhadap kendaraan-kendaraan yang ada.
“Ini sangat berdampak ke kami maupun masyarakat. Pihak SPBU yang ada di Halut harus mengutamakan pelayanannya ke kendaraan-kendaraan yang membutuhkan BBM, dibandingkan jual keluar atau melayani orang yang datang membawa galon,” terangnya.
Di sisi lain, situasi kekosongan BBM ini langsung dimanfaatkan sejumlah pengecer untuk menaikkan harga. Seperti di wilayah Kecamatan Galela dan sekitarnya, harga per liter BBM eceran sudah mulai naik dari Rp 10 ribu menjadi Rp 12 ribu per liter.
Sekadar diketahui, keterlambatan suplai BBM yang mengakibatkan antrean panjang di SPBU tidak hanya terjadi di Halut, namun hampir terjadi di bagian Indonesia Timur. Seperti di Sorong, Papua.(cw/tr-05/san/fir)
Respon (1)