HARIANHALMAHERA.COM–Sejumlah tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di Puskesmas Salimuli, mengaku kecewa dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Halut, yang sampai saat ini tidak bisa menyelesaikan persoalan di Puskesmas Salimuli. Bahkan nakes menduga, dinkes membela sikap yang sudah dilakukan Kepala Puskesmas.
Hal itu diutarakan sejumlah nakes yang sudah bertatap muka dengan Komisi III DPRD Halut, pada Selasa Selasa (21/9), pekan kemarin. Kedatangan nakes itu, memang dikhususukan menyampaikan masalah yang ada di Puskesmas Salimuli yang sampai saat ini tidak mampu di selesaikan Dinkes Halut. “Persoalan ini jika dibiarkan, maka kami nakes yang bertugas di Puskesmas tersebut akan melakukan mogok kerja,” ungkap mereka.
Bahkan mereka menungkapkan, sejak maslah ini muncul ke permukaan, beberapa nakes sudah mengundurkan diri, dan sebagiannya sudah tidak mau bekerja. Karena selama ini pihak Puskesmas hanya memanfaatkan nakes. “Kami katakan, bahwa masalah ini bukan hanya berdampak kepada nakes, tetapi masyarakat yang berada di Kecamatan Galela Utara. Masyarakat juga sudah jenuh dengan ulah kepala puskesmas,” ulang salah seorang nakes, Selasa (28/9).
Terpisah Ketua Komisi III DPRD Halut Sahril Hi Rauf, menegaskan DPRD akan menindaklanjuti apa yang sudah disampaikan sejumlah nakes. DPRD akan memanggil Kepala Dinkes Halut, agar bisa menyelesaikan masalah yang terjadi. “DPRD akan memanggil dinkes juga Kapus Salimuli untuk menjelaskan masalah yang terjadi saat ini,” tuturnya.
Potong Honorarium Vaksinator
Keresahan nakes di Puskesmas Salimuli, Kecamatan Galela Utara terhadap Kepala Puskesmas, ternyata tidak sekadar pemotongan gaji. Nakes membeber, Kapus juga memotong insentif nakes yang turun melakukan vaksinasi di setiap desa. Kapus memotong insentif dua nakes sebesar Rp 650 ribu pada Maret 2021.
Diketahui, insentif nakes lansung di transfer melalui rekening masing-masing. Lantas bagaimana pemotongan dilakukan? Salah seorang nakes memperlihatkan percakapan via aplikasi WhatsApp. Kapus menekan beberapa nakes untuk segera menarik insentif uang vaksinasi yang sudah masuk di rekening, “insentif sudah masuk di rekening masing-masing jadi saya minta agar bisa di cek, jika sudah masuk bisa ditarik dan langsung diberikan ke saya,” tulis Kapus dalam WA grup.
“Bukan hanya itu, dia juga meminta nakes yang masuk dalam tim vaksinator sebanyak 8 orang harus memberikan insentif ke Kapus,” lanjut nakes yang minta identitasnya tidak dikorankan.
Aksi kapus tersebut sontak menambah geram para nakes. Namun mereka tidak bisa mengambil tindakan, selain melaporkan persoalan tersebut ke pemerintah dan DPRD. “Tidak ada yang tahu alasan pemotongan itu,” ujarnya.
Masih ada lagi, lanjutnya, dokter yang bertugas di Puskesmas Salimuli juga dipotong insentif vaksiansinya. Alasan Kapus memotong insentif dokter karena tidak turun kegiatan vaksinasi pada Juni-Juli. “Karena pada saat itu dokter lagi keluar daerah dengan tujuan untuk menikah, dan sudah izin ke Kapus. Namun tetap dipotong insentif dokter sebesar Rp 3 juta,” bebernya.
Sebelumnya, Kepala Dinkes Halut Muhammad Tapi Tapi saat dikonfirmasi menegaskan bahwa untuk semua insentif nakes yang masuk dalam tim vaksinator, diberikan lansung melalui rekening. “Tidak ada pemotongan, jika ada (pemotongan) berarti itu dilakukan di tingkat puskesmas. Kami dari dinas lansung mentransfer uang insentif ke rekening nakes masing-masing,” tutupnya.(cw/fir)