HARIANHALMAHERA.COM–Pelayanan PT Nusa Halmahera Minerals/PT Indotan (PTNHM/PT Indotan) terhadap empat suku yang tersebar di lingkar tambang PT Nusa Halmahera Minerals (NHM), yakni suku Boeng, Pagu, Modole dan Towiliko terbilang luar biasa. Sebab, selain perhatikan kondisi ekonomi pemangku hingga masyarakat adat juga ikut melestarikan warisan budaya sekaligus menghidupkan nilainya.
Salah Satu yang menjadi focus perhatian oleh PTNHM/PT Indotan terhadap keempat suku adat saat ini adalah pembangunan rumah atau gedung adat mereka sebagai sentral untuk menghidupkan kembali aktivitas warisan budaya yang sempat redup. Dari empat suku tersebut, manajemen PTNHM/PT Indotan telah tuntaskan tiga bangunan adat antara lain, rumah adat suku Boeng, di wilayah Kao Utara, suku Pagu di wilayah Malifut serta gedung sanggar, seni dan budaya adat suku Modole di wilayah Kao Barat.
Sementara rumah adat suku Towiliko yang terletak di wilayah Kao sendiri saat ini masih dalam tahap pekerjaan bangunannya. Namun, kabarnya rumah adat Towiliko tersebut tak lama lagi akan difungsikan oleh masyarakat adat setempat, sebab pekerjaanya tinggal finishing yang mana ditargetkan tuntas sekaligus resmi dalam tahun 2022 ini.
Manager Social Performance (SP) PTNHM, Hansed Phiter Lasa, pun membenarkan bahwa untuk gedung sanggar seni dan budaya (SSB) suku Towiliko yang apabila tidak ada kendala maka pihaknya optimis dapat resmikan pada akhir bulan November 2022 nanti, sebab saat ini pekerjaanya sudah sampai pada tahan finishing.
“Program PTNHM dibidang pelestarian budaya berupa pembangunan rumah adat atau gedung untuk empat suku di lingkar tambang telah berjalan lancar, dimana dari empat suku yang ada PTNHM melalui Social Performance (SP) telah mampu tuntaskan tiga bangunan adat, yaitu suku Baoeng, Pagu dan Modole. Selanjutnya tinggal suku Towiliko yang apabila tidak ada kendala akan diresmikan dalam bulan November 2022 ini,”katanya, rabu (26/10) disela-sela meresmikan gedung SSB Modole di Desa Soahukum, Kecamatan Kao Barat.
Program PTNHM di bidang pelestarian warisan budaya di lingkar tambang ini disebut warga setempat bahwa baru pertama kali dilakukan PTNHM, karena sebelumnya belum pernah ada program yang menyentuh ke adat. Bahkan terobosan menghidupkan kembali semangat adat ini terjadi setelah PTNHM diambil alih Haji Robert Nitiyudi Wachjo dengan bendera PT Indotan.
Kehadiran Haji Robert di PTNHM menurut warga telah mampu merubah seluruh sector kehidupan di lingkar tambang. Warga pun merasakan dampak manfaat yang luar biasa atas sajian program-program yang menyetuh kebutuhan dasar mereka.(dit)