PERIBAHASA, “Karena nila setitik rusak susu sebelanga.” Mungkin inilah yang dihadapi saat ini oleh Presiden Direktur (Presdir) selaku pemilik PT Nusa Halmahera Minerals (NHM). Situasi saat ini cukup menggambarkan, bahwa untuk menata Gosowong butuh waktu, proses, dan tentunya pembuktian nyata di lapangan. Tidak seringan membalikkan telapak tangan.
Sejak awal, manajemen PT Indotan Halmahera Bangkit selaku pemilik 75 persen saham NHM, sudah secara terang-terangan menyebut, butuh waktu untuk menata perusahaan, agar kehadirannya benar-benar dirasakan semua pihak, baik secara internal (karyawan), maupun eksternal (pemerintah dan masyarakat).
Berikut kami lampirkan catatan dari Romi Djako, selaku Pemuda Adat Pagu, yang diterima redaksi Harian Halmahera, melihat realitas PT NHM hari ini di tangan H Robert Nitiyudo Wachjo.
“H Robert resmi mengambil alih saham Newcreas belum setahun, tetapi perbaikan signitifikan telah dilakukan. Secara internal, misalnya semua karyawan subkontrak/magang telah dialihkan ke induk perusahaan (NHM). Ini adalah suatu kebijakan yang cukup menggembirakan buat anak-anak lokal yang sudah cukup lama bekerja di PT NHM, tetapi hanya kontrak di perusahaan subkontraktor, yang tentu berbeda hak-hak dengan karyawan induk, terutama sistem pengupahan yang tentu akan mendorong daya beli masyarakat lingkar tambang semakin tinnggi.
H Robert membantu masyarakat adat sebesar Rp 4 miliar per tahun dan operasional Rp 200 juta per bulan. Ini adalah suatu kebijakan yang cukup berpihak kepada masyarakat adat Pagu, Boeng, Modole, dan Towoliliko. Dalam pengelolaan diatur dimasing-masing suku dengan asas transparan. Soal ini perlu ada peran dari pemuda/pemudi adat untuk membantu pengembangan adat dimasing-masing wilayah.
Dibidang konsumsi/dapur makan PT NHM, H Robert melibatkan masyarakat petani lokal memenuhi kebutuhan dapur, sekalipun tidak semua petani menyuplai ke NHM karena kebutuhan NHM terbatas. Tetapi, bagi saya langkah H Robert perlu mendapat apresiasi.
Belum lagi sumbangan Rp 2 miliar kepada kepada masyarakat kurang mampu saat Hari Natal dan Tahun baru, sekalipun tidak semua desa, tetapi upaya keberpihakan kepada rakyat, H Robert sangat luar biasa.
Kebijkan terbaru adalah rekrutmen 84 anak-anak sarjana untuk menjadi pendamping di 84 desa lingkar tambang, di tambah 10 orang dibagi di 5 kecamatan. Dimana pola rekrutmen melalui musyawarah masing-maing desa, yang saat ini sementara berjalan.
Harus diakui, upaya memperbaiki Gosowong baik internal maupun eksternal di tangan H Robert cukup pesat kemajuannya. Memang, satu hal yang perlu dilakukan adalah tim SP (social performance) harus hadir di tengah-tengah masyarakat, agar tersosialisasi rencana dan aksi PT NHM sekaligus menerima input/masukan dari masyarakat secara akurat.”
Romi Djako
Pemuda Adat Pagu
Sebagaimana diketahui, dalam beberapa pekan terakhir, mekanisme rekrutmen tenaga kerja PT NHM sedikit menuai kritikan masyarakat lingkar tambang. Hal ini dipicu ditemukannya beberapa nama yang dalam status domisili bukan berasal dari lingkar tambang.
Seperti yang pernah disinggung Nophein Kress Ayang, tokoh Pemuda Adat Kao, dalam tulisan, “Managemen Gosowong tak Dapat Imbangi Laju Kebijakan H. Robert” yang dimuat harianhalmahera.com pada 11 Januari 2021 lalu. Menurutnya, masih ada dua budaya (kebiasaan) yang berlaku saat ini di Gosowong.
Pertama, budaya baru yang dibawa H Robert. Budaya humanis dengan masyarakat lingkar tambang, mengedepankan semangat kerja, respon cepat, dan budaya transparan. Sementara, budaya kedua, yakni budaya lama yang sangat berbanding terbalik dengan budaya baru.
Dalam kesimpulan, kedua tokoh pemuda adat ini, berharap masyarakat lingkar tambang bisa bersabar karena bagaimanapun H Robert tidak akan pernah membiarkan satupun masalah yang dikeluhkan dan tidak diselesaikan.(*)