HalutKolom

Selamat Jalan Sang Juru Damai

×

Selamat Jalan Sang Juru Damai

Sebarkan artikel ini
Hein Namotemo (Foto : Ist)

KABUPATEN Halmahera Utara (Halut) berduka. Sang juru damai telah berpulang. Semua lapisan masyarakat merasa kehilangan. Sosok yang begitu istimewa telah pergi untuk selamanya. Dia, Hein Namotemo, bupati pertama Kabupaten Halut.

Mungkin banyak dari kita yang tidak mengenal beliau secara pribadi. Bahkan banyak pula yang belum pernah berjumpa dengannya. Hanya mengenal beliau dari ‘karya’ dan perjuangannya saja sebagai kepala daerah. Tapi, kita semua pasti sepakat, beliau adalah orang baik. Orang yang benar-benar mau bekerja untuk masyarakat dan daerahnya.

Ini bukan pujian. Ini kenyataan. Apa yang kita lihat Halut saat ini (maaf), tidak lain cermin dari hasil kerja nyata dari seorang Hein Namotemo. Infrastruktur, mulai dari bangunan kantor pemerintah daerah, bangunan adat Hibualamo, monumen Air Nusantara adalah bukti kerja nyatanya.

Belum lagi semangat gotong royong masyarakat dalam bingkai adat dan budaya, toleransi antar umat beragama, dan geliat ekonomi. Kita pun pasti sepakat nama beliau diabadikan sebagai Bapak Pembangunan Halmahera Utara.

Namun, ada capaian yang lebih dari itu. Capaian yang menjadi simpul ikatan sosial dan fondasi kerukunan masyarakat di Halut. Ya, dialah ‘Sang Juru Damai’ yang menjadi isi obituari sederhana ini. Itu adalah pencapaian luar biasa dari seorang Hein yang mungkin tidak bisa dilakukan orang lain pada saat itu.

Sebuah artikel lama yang di-publish beritasatu pada 23 April 2012, artikel yang tayang setelah pelaksanaan Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-4 di Halut pada 19 April 2012, bisa jadi pengingat betapa sulitnya perjuangan seorang Hein Namotemo.

Upaya yang coba dilakukan Hein untuk menjadi juru damai (rekonsiliator) di ‘masa gelap’ Halut pasca konfilik sosial. Tidak mudah, bahkan terbilang sangat sulit. Apalagi dia hanya seorang camat. Itupun baru ditunjuk.

Berbekal ketulusan dan doa, dia maju untuk mengambil peran yang membutuhkan nyali (keberanian) tinggi. Peran antara hidup atau mati. Mungkin karena doa dan ketulusannya, Tuhan memberikan dia jalan.

Jalan pendekatan budaya dan adat istiadat, semangat Hibualamo. Dia yakin, semangat Hibualamo dengan nilai universal; kasih sayang, pelihara, benar, saling melayani, saling mengajak, kedamaian bisa terwujud. Dia yakin semangat hibualamo bisa menjadi jembatan pemersatu.

Dan Puji Tuhan, syukur Alhamdulillah, kedamaian itu terwujud. Bisa kita rasakan saat ini, betapa indahnya kedamaian itu. Itulah nikmat Tuhan yang harus disyukuri dan dijaga selama-lamanya.

Akhirnya, ibarat pepatah “gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang” seperti itulah sosok kepala daerah pertama Halut Hein Namotemo. Beliau sudah meninggalkan warisan baik yang harus dilanjutkan dan harus menjadi bahan refleksi sosial, guna terus memperkuat ikatan sosial dari upaya-upaya provokatif memecah belah.

Selamat jalan Sang Juru Damai, selamat jalan Bapak Pembangunan Halut, perjuangan dan warisanmu akan terus dikenang.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *