HalutKesehatan

Stok Obat Menipis, Warga Beralih ke Herbal

×

Stok Obat Menipis, Warga Beralih ke Herbal

Sebarkan artikel ini
TRADISIONAL: Sejumlah bahan obat tradisional yang mudah diperoleh untuk meningkatkan imunitas tubuh, seperti jahe merah.(foto: antaranews.com)

HARIANHALMAHERA.COM–Banyak warga yang mulai mengeluhkan gangguan kesehatan. Gejalanya mirip dengan infeksi corona. Hanya saja, selama ini warga mengandalkan apotek ketimbang memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas. Ketika ketersediaan obat tidak lagi mencukupi, sebagian mulai beralih ke pengobatan tradisional (herbal).

Dari penelusuran Koran ini, memang banyak yang mengeluhkan sakit. Hanya saja, kondisi ini sulit dijadikan kesimpulan covid meski gejalanya sama. Meski ada juga yang mengaku mulai kehilangan penciuman dan pengecap.

Hanya saja, warga enggan berobat ke RSUD. Mereka takut divaksin apalagi divonis sebagai pasien covid. Masyarakat pun memilih untuk menyembuhkan sendiri penyakitnya dengan mengonsumsi ramuan bahan-bahan tradisional (herbal).

“Kami masih takut vaksin karena tidak sedikit berita efek vaksin di beberapa daerah. Bahkan, beberapa warga di Halut juga merasakan efeknya, sakit usai divaksin. Ada juga yang justru terinfeksi virus setelah divaksin,” kata warga, yang enggan dikorankan namanya.

Selain obat tradisional, sebagian juga memilih mendatangi langsung apotek. Sayangnya, stok obat di apotek juga menipis. “Karena itu, lebih baik kembali mengonsumsi obat tradisional saja. Lebih mudah dan murah,” tambahnya.

Menanggapi itu, Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan (Dinkes), Halut, dr Amanda Ray Ray, tidak bisa berbuat banyak dengan pendirian warga yang masih tidak percaya dengan pelayanan kesehatan, seperti vaksin. “Kasihan sekali jika masyarakat sudah demam seperti itu, namun takut ke rumah sakit hanya gegara takut divaksin. Tentunya mereka sangat rugi sekali (orang yang tidak mau divaksin,” katanya.

Dia mencontohkan saja, sementara ini Singapura sudah merencanakan  untuk berdamai dengan virus korona. Syaratnya minimal 80 persen warganya divaksin. “Vaksin itu menjadi faktor utama untuk mencegah penularan yang lebih luas,” ujarnya.

Di sisi lain, pengamat sosial Gunawan Abbas, ikut mengomentari kepanikan warga akan ketersediaan obat-obatan. Dia menilai itu adalah hal yang wajar di tengah serangan virus. Karena menurutnya, virus ini ikut menyerang psikologi warga.

“Pemkab Halut harus mengontrol ketat masalah ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan di tengah lonjakan kasus Covid-19 di Halmahera Utara. Puskesmas dan rumah sakit harus jadi terdepan dalam pelayanan kesehatan. Ketersediaan obat itu jangan sampai habis disaat masyarakat membutuhkannya,” nilainya.

Dia menilai, bupati harus memantau persediaan obat jangan sampai ada permainan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan membisniskan obat-obatan. Ini menjadi perhatian khusus Pemkab Halut. “Pemkab harus mengawal ketat agar tidak ada obat-obatan yang berada di RSUD dan Puskesmas diperjualbelikan. Karena ini menjadi kebutuhan masyarakat. Pemkab Juga harus mengawal para penjual obat-obatan yang berada di luar (apotek) jangan sampai ada permainan harga,” pungkasnya.(cw/tr-05/fir)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *