HalutKolomPT Nusa Halmahera Minerals

2 Sejarah NHM

×

2 Sejarah NHM

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI site tambang emas gosowong. (foto: fpe-sbsi.or.id)
Firman Toboleu

Oleh: Firman Toboleu
Wartawan

PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) di bawah bendera PT Indotan baru seumur jagung. Belum lama, meski operasional tambang sudah sejak 1999. Lewat PT Indotan Halmahera Bangkit, H Robert Nitiyudo Wachjo selaku Presiden Direktur (Presdir) sekaligus pemilik PT NHM sudah mencatatkan beberapa sejarah di Kabupaten Halut, khususnya hubungan industrial antara manajemen dan karyawan, serta hubungan antara perusahaan dengan masyarakat lingkar tambang.

Dua sejarah penting itu, yakni pertama, pemberian bonus sebesar 40 persen kepada karyawan apabila melampaui target hasil produksi. Bonus ini pun bukan dihitung tahunan, tetapi bulanan. Kebijakan baru di tangan H Robert diusia PT NHM belum genap 2 tahun; dan tidak pernah dilakukan manajemen lama (Newcrest) yang beroperasi sekira 20 tahun

Kedua, kebijakan yang baru saja diputuskan. Yakni membuka Tambang Rakyat Gosowong. Tambang rakyat ini baru saja diresmikan, kemarin. Bertepatan dengan HUT ke-76 Kemerdekaan RI. Dan lagi, kebijakan ini tidak pernah dilakukan selama puluhan tahun sebelum diambil alih H Robert.

Kebijakan tambang rakyat ini, bukan kebijakan yang main-main. Ini adalah kebijakan yang dilandasi ketulusan. Kebijakan ini merupakan tingginya pemahaman problem solving dari seorang pimpinan perusahaan. Kebijakan ini jarang, bahkan hampir tidak pernah dilakukan sebuah perusahaan tambang di tanah air.

Ada dua perusahaan. Keduanya pun bagian dari PT Indotan. Yakni, PT Indotan Lombok Barat Bangkit dan PT Indotan Sumbawa Barat. Keduanya berada di Kabupaten Sumbawa Barat. Kebijakan ini pula yang membawa Kabupaten Sumbawa Barat keluar dari status daerah tertinggal.

“Ini adalah kebijakan yang aneh,” kata Wakil Bupati Sumbawa Barat Fud Syaifuddin ST dan dari perwakilan legislatif Ketua Komisi I DPRD KSB, Amiruddin Embeng SE, saat diwawancara Harian Halmahera pada 11 April 2020, lalu. Artinya, ini bukan kebijakan baru bagi H Robert. Kebijakan ini sudah diterapkan sebelumnya di daerah lain. Kebijakan ini memberikan pengaruh nyata bagi peningkatan taraf hidup masyarakat dan memberikan dampak nyata dalam peningkatan ekonomi daerah.

Keduanya saat diwawancarai via telepon, ketika disinggung soal kebijakan H Robert, kompak menyebut soal penambangan emas tanpa izin (PETI) di wilayah konsesi PT Indotan oleh masyarakat sekitar. Banyak masyarakat mengambil material di lahan konsesi. Menurut keduanya, cara yang digunakan H Robert di luar akal sehat.

Aneh karena yang namanya lahan konsesi, jangankan menambang, potong kayu saja dilarang. Pemilik lahan konsesi pasti akan marah-marah, bahkan tidak segan-segan mempidanakan. Tapi, lain yang dilakukan H Robert. Awalnya ditertibkan, diproses hukum. Kini semua penambang liar yang diproses hukum dibebaskan dari semua tuntutan. Tak cukup, mereka ‘direkrut’ melalui penambangan rakyat.

Terakhir, kebijakan ini selain menyelamatkan warga dari resiko dan bahaya penambangan ilegal, juga menyelamatkan lingkungan dari limbah berbahaya dan beracun yang digunakan dalam penambangan ilegal.

Kebijakan ini pastinya menjadi solusi yang paling terbaik. Pak Haji ternyata serius memikirkan solusi yang terbaik bagi perusahaan dan juga masyarakat di lingkar tambang. Apa yang dilakukan tak lain ketulusan dan rasa cinta, sehingga tidak ingin mematikan salah satu sumber pendapatan masyarakat lingkar tambang.

Lantas, apakah kebijakan ini tidak merugikan perusahaan (NHM)? Pertanyaan ini pernah juga ditanyakan kedua pejabat di Kabupaten Sumbawa Barat itu. Jawaban H Robert sederhana. “Rezeki itu bukan punya kita, tapi punya Tuhan.”

Ya, itulah jawaban H Robert. Jawaban yang jika didengar dari mulut orang lain, pasti akan disebut bukan jawaban dari seorang pengusaha. Karena yang namanya pengusaha, pasti tidak mau rugi sekecil apapun. Tapi, yang dilakukan H Robert memang beda. Ingin merasakan keuntungan bersama-sama dengan masyarakat.

Inilah manajemen hati yang dipraktekkan H Robert. Dia melihat keuntungan bukan hanya datang dari sisi finansial, tapi dengan berprasangka baik dengan orang lain, berbagi dengan orang lain, malah akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Keuntungan dunia dan akhirat.

Akhir kata, inilah kemerdekaan yang sesungguhnya. Kemerdekaan untuk mencari rezeki yang resmi. Hadiah bagi para masyarakat lingkar tambang di hari yang istimewa.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *