HARIANHALMAHERA.COM – Washington, Waktu pidato State of the Union Presiden AS Donald Trump Selasa (4/2) hampir selesai. Seperti kepala negara sebelumnya, dia tinggal berkata ’’Terima kasih dan Tuhan memberkati Amerika’.’ Setelah itu, semua isi gedung sidang Capitol Hill berdiri untuk memberikan aplaus kepada sang presiden.
Di tengah keramaian dan sorotan kamera televisi nasional, Ketua Dewan Perwakilan AS Nancy Pelosi ikut berdiri. Bukan untuk bertepuk tangan. Politikus Demokrat itu merobek kertas dan membuangnya di meja.
Yang dirobek Pelosi adalah transkrip pidato kenegaraan Trump yang dibacakan hampir satu setengah jam. ”Saya merobeknya. Saya tak bisa menemukan satu pun kebenaran di setiap lembar,” ungkap Pelosi menurut The Guardian.
Acara tahunan yang mempertemukan badan eksekutif dan badan legislatif seharusnya menjadi momen langka penyatu bangsa. Presiden biasanya melaporkan keadaan 50 negara bagian yang ada di dalam AS. Namun, hawa partisan terasa sejak awal acara.
Saat menyerahkan dokumen pidato, Trump melengos begitu saja saat Pelosi menawarkan jabat tangan. Taipan berusia 73 tahun itu lebih memilih untuk membeberkan bagaimana keberhasilan pemerintah selama tiga tahun masa jabatannya.
”Tiga tahun lalu kami meluncurkan kebangkitan Amerika. Malam ini kami bagikan hasil yang luar biasa,” papar Trump seperti dilansir CNN.
Trump menggunakan pengalamannya sebagai bintang reality show untuk menarik perhatian selama pidato. Bicara soal prestasi di bidang ekonomi sudah tentu. Di tengah pidato, dia berhenti untuk memberikan kesempatan istrinya berdiri. Melania saat itu memberikan Presidential Medal of Freedom untuk penyiar radio Rush Limbaugh yang baru saja mengatakan dia menderita kanker paru-paru.
Dia juga mempertemukan tentara yang baru pulang dari perang Afghanistan dengan keluarganya. Setiap kali momen menyentuh hati muncul, tamu undangan bakal datang berdiri dan bertepuk tangan. Kecuali politikus Demokrat yang duduk dan sesekali mengolok.
”Ini bukan kampanye MAGA (Make America Great Again, Red). Ini seharusnya jadi momen pemersatu bangsa, tapi presiden kita memang seorang megalomania,” ungkap senator Demokrat Chris van Hollen.
Dua kubu politik AS memang sudah jauh berseberangan sejak tahun lalu. Pelosi mengaku sudah tak pernah bicara lagi dengan Trump sejak rapat soal Syria di Gedung Putih Oktober tahun lalu. Sebaliknya, Trump sudah terlihat tak ingin lagi berurusan dengan Pelosi dalam pidato kenegaraan.
Untuk sementara, kubu Republik memang terlihat sedikit ceria. Mereka tinggal menunggu waktu sebelum permasalahan pemakzulan Trump selesai. Pada akhirnya, senator Republik berhasil memblokir usulan pemanggilan saksi.
Meski banyak bukti dan rumor yang menjatuhkan Trump, keputusan pemakzulan bergantung pada 100 anggota senat. Jika dukungan pemakzulan kurang dari 67 suara pada sidang terakhir, Trump otomatis dinyatakan tak bersalah.
”Tak ada orang yang berada di atas hukum. Tapi, sepertinya senator akan berkata sebaliknya,” ujar Gubernur Michigan Gretchen Whitmer yang merespons pidato Trump.
Di sisi lain, Demokrat sedang kesulitan untuk membangun kekuatan sendiri. Pemilihan capres yang terjadi di kaukus Iowa berjalan buruk. Pemilihan tersebut diwarnai masalah teknis pengumpulan hasil suara.
Hingga kemarin pagi (5/2), sudah ada 71 persen suara yang terhitung masuk di pusat data. Kandidat Pete Buttigieg memimpin perolehan suara dengan 26,8 persen. Disusul senator Bernie Sanders 25,2 persen dan Senator Elizabeth Warren 18,4 persen.
Hasil tersebut menjadi kejutan menyenangkan bagi Buttigieg. Mantan wali kota South Bend berusia 38 tahun itu cukup anyar dalam politik nasional. ”Ini menjadi bukti bahwa anak dari penjuru negara mana pun punya tempat di AS,” ungkapnya. (cnn/pur)