HARIANHALMAHERA.COM– Ingatan Lautaro Martinez dan Patrick Cutrone kembali ke musim lalu. Di musim itu, Lautaro dan Cutrone sama-sama jadi gengsi dalam persaingan dua klub Milan, Inter dan AC Milan. Sama-sama masih belia, ketika itu masih berumur 21 tahun, dan diklaim sebagai talenta potensial muda di posisi sembilan.
Il Toro, julukan Lautaro, dan Cutrone pun jadi salah satu pemantik rivalitas dalam Derby della Madonnina ke-294, di Giuseppe Meazza, Milan, 18 Maret 2019. Kala itu, Lautaro mampu bermain lebih cemerlang dibandingkan Cutrone yang memulai laga sebagai pengganti. Terlebih dengan satu gol dan satu assist Lautaro yang membawa Inter menang 3-2.
Nah, dini hari nanti, dua anak muda itu pun sama-sama berdiri di Giuseppe Meazza lagi. Tetapi bukan dalam derbi Milan. Melainkan dalam perempat final Coppa Italia antara Inter Milan yang melawan Fiorentina (siaran langsung TVRI Nasional/TVRI Sport HD pukul 04.45 WIT).
Baca Juga: Sanksi Dua Laga Menanti Conte
Bedanya lagi, Cutrone bersua lagi dengan Lautaro sebagai striker Fiorentina. Ini menjadi head to head pertama dua attaccante muda itu. ”Kali ini dia (Lautaro) yang harus “membunuh” permainan malam itu (dini hari nanti WIB),” kata kiper dan il capitano Inter, Samir Handanovic kepada Sky Italia.
Lautaro punya modal dari tren golnya di Giuseppe Meazza sebulan terakhir. Sejak gol di giornata 19 ke gawang Atalanta (12/1), bomber timnas Argentina tersebut meneruskannya pada laga Serie A akhir pekan lalu (26/1) saat ditahan Cagliari 1-1. Handa, sapaan karib Handanovic, meminta Lautaro tak mengulangi kesalahan di laga itu. Termasuk saat diusir wasit ketika menit akhir.
Baca Juga: Sah! Eriksen Milik Inter
”Banyak peluang yang dia dapat, tetapi dia tak mampu menuntaskan semuanya,” tambah kiper 35 tahun itu. Lautaro terbanyak melakukan shot on target. Dari lima shots, empat shots di antaranya tepat sasaran. Sayang, hanya satu gol yang dia dapat. ”Kami kemarin gagal. Tapi kali ini, aku tahu kamilah pemenangnya,” koar Handanovic. Maklum, dari tiga musim terakhir tidak pernah mampu menembus semifinal Coppa Italia. Ini momentum terbaik mengakhirinya.
Salah satunya saat dihentikan Milan dalam perempat final Coppa Italia 2017 – 2018 dari babak perpanjangan waktu. Nah, itu yang selalu diingat Cutrone. ”Aku ingat, saat 27 Desember 2017, derbi di Coppa Italia, menit ke-104. Suso mengumpaniku dan aku menuntaskannya. Inter out!” kenang Cutrone, yang kembali ke Serie A dengan status pemain pinjaman Wolverhampton Wanderers.
Kepada La Gazzetta dello Sport, ambisi itu pun ingin kembali dia ulangi. Sebagai striker yang dibesarkan Rossoneri, julukan Milan, gengsi lawan Inter adalah segalanya. ”Begitu pulang ke sini (Giuseppe Meazza) lagi dan menghadapi mereka, ambisi itu (mengalahkan Inter) keluar kembali,” sebut pemain kelahiran Como itu.
Dengan bermodal gengsi pemain Milan seperti Cutrone, La Viola (julukan Fiorentina) di musim ini ingin kembali ke semifinal seperti musim lalu. Allenatore anyarnya Giuseppe Iachini pun sudah berani melemparkan psywar kepada Inter. Terutama kepada Antonio Conte, tactician Inter.
Menurutnya, Inter tak akan meraih trofi apapun musim ini. Termasuk Coppa Italia. ”Jika aku jadi Conte, maka aku akan pergi dan menangis di pojok ruangan,” ejek Iachini, dilansir dari laman resmi klub. ”Mengalahkan Inter? Kami seperti bermain 200 jam lagi,” tambah allantore 55 tahun itu.(jpc/pur)