HARIANHALMAHERA.COM – Batas penutupan akses masuk ke wilayah Kota Tidore Kepulauan (Tikep), Maluku Utara (Malut), akan berakhir pada Rabu (27/5). Sebelumnya, jalur masuk ke wilayah ini ditutup pada Kamis (14/5) lalu, atau total 14 hari.
Kini, draf ‘tutup pintu’ ke wilayah ini sudah disiapkan. “Nanti kami share edarannya kalau pak wakil walikota sudah tandatangan,” ujar Aziz Hadad, Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah (Setda) Kota Tikep, kepada Harianhalmahera.com, Selasa (26/5).
Terpisah, Wakil Wali Kota Tikep, Muhammad Sinen, mengaku baru dibicarakan hari ini terkait langkah selanjutnya. “Yang jelas draf untuk skema lanjutan sudah ada,” tandasnya.
Menurut orang nomor dua di Pemkot Tikep ini, kemungkinan bukan lagi locksteril. Tapi skemanya adalah mempertegas aktivitas orang keluar-masuk Tidore di tingkat kelurahan dan desa, dengan bentuk surat pernyataan untuk siap dikarantina.
“Jadi kalau masyarakat Tidore mau ke Ternate, dia harus buat pernyataan ke tim Satgas Covid-19 di tingkat kelurahan dan desa,” tuturnya.
Persoalannya, banyak kalangan yang menilai langkah itu belum cukup efektif. Namun Wawali menegaskan, bahwa itu adalah bagian dari langkah dan strategi dari pemerintah.
“Jadi begini, maksudnya, kalau ada yang mau berangkat ke Ternate, dia harus bikin pernyataan. Jadi saya luruskan di sini, bukan surat keterangan, tapi pernyataan,” jelasnya.
Dengan surat pernyataan itu, kata dia, ketika yang bersangkutan diizinkan ke Ternate dan disaat kembali ke Tidore, maka wajib dikarantina selama 14 hari. Begitu juga dengan orang dari Ternate yang bertolak ke Tidore.
“Nanti di pelabuhan ada petugas yang jaga. Kalau ditemukan KTP Ternate, maka yang bersangkutan langsung dikarantina. Belum bisa ke lokasi tujuan. Kalau tidak mematuhi aturan itu, langsung kami kembalikan ke Ternate,” terangnya.
Minim Perencanaan ?
Selama 14 hari pintu masuk ke Tidore ditutup, sebagian publik menilai belum ada langkah taktis yang dilakukan Pemkot Tikep. “Di sini kelihatan slow, tapi sebenarnya makin parah,” ujar salah satu warga asal Tidore, kepada Harianhalmahera.com, Senin malam (25/5), yang tidak bersedia namanya ditulis.
Pernyataan dari pria yang berdomisili di Kelurahan Indonesiana, Kecamatan Tidore ini, merespons sikap pemerintah setelah Tidore berlakukan locksteril. Karena sejauh ini kasus Covid-19 seakan bergerak dalam senyap.
Ini kemudian ditambah dengan meninggalnya Sekretaris Kota (Sekkot) Tikep, Asrul Sani Soleman, beberapa waktu lalu serta dirujuknya Walikota Tikep, Ali Ibrahim, ke RSUD Chasan Boesoirie dengan protokol Covid-19.
Meski belakangan, hasil rapid test dari orang nomor satu di Pemkot Tikep itu dinyatakan non reaktif. “Tapi torang (kami) di sini so khawatir sekali,” tuturnya.
Kendati demikian, wacana transmisi lokal terkait ancaman virus corona yang berhembus di kalangan masyarakat Tidore, ditampik oleh pihak Satgas Covid-19 setempat.
Sebab, ada indikator yang menjadi ukuran dalam menentukan sebuah penyebaran virus, yaitu kajian epidemiologi. Ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan penyakit, serta faktor yang terkait dengan hal ini di tingkat populasi.
“Dari situ baru bisa ditentukan, apakah sudah terjadi transmisi lokal atau belum,” jelas Juru Bicara (Jubir) Satgas Covid-19 Tikep, Saiful Salim, dalam keterangan tertulis lewat pesan WhatsApp yang diterima Harianhalmahera.com, Minggu malam (25/5).
Sayangnya, dikonfirmasi terakhir, Saiful belum bersedia memberikan keterangan terkait langkah-langkah penanganan lebih jauh. “Saya masih istrahat. Saya izin sampai tanggal 27. Jadi nanti lewat pak Kadinkes saja yah,” singkatnya.
Sementara, pertanyaan soal trend masuk warga ke Tidore, pun belum bisa dijabarkan oleh Kepala Dinas Perhubungan Tikep, Daud Muhammad. “Saya baru sembuh dari sakit. Baru keluar dari rumah sakit kemarin. Jadi belum bisa berikan keterangan soal itu,” jelasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Pemkot Tikep, dr. Abdullah Maradjabessy, kepada Harianhalmahera.com, mengaku untuk langkah tracking terhadap orang-orang yang diduga berkontak erat dengan Wali Kota Tikep, belum dilakukan.
Sebab, kata dia, pihaknya masih menunggu hasil Swab Test Wali Kota. Sedangkan Almarhum Sekkot Tikep, Asrul Sani Soleman, sudah dilakukan.
“Tapi itu dari kalangan keluarga dekatnya, pejabat, hingga pansus (panitia khusus). Jadi totalnya 120 orang. Kalau masyarakat luas belum (rapid test),” terangnya.
Namun hasil rapid test dari total 120 itu belum keluar. “Hasilnya mungkin sudah tidak lama lagi (keluar). Kalau Swab Test juga sebagian sudah dilakukan sebanyak dua kali. Nanti diantar ke Ternate dan selanjutnya dikirim ke Manado,” tukasnya.
Nantinya, kata dia, jika hasil Rapid Test sudah keluar maka pihaknya akan mengambil langkah karantina terpusat. “Jadi intinya kami tetap menunggu hasil. Kalau hasil sudah ada, kami akan bergerak,” jelasnya.
Menanyakan perkembangan kasus dan rapat koordinasi terkait tindaklanjut langkah locksteril kedua di wilayah Tikep, Abdullah enggan berkomentar. “Soal itu nanti tanya ke gugus tugas saja. Karena kami lebih banyak mengurus kesehatan,” tandasnya.
Sebelumnya, salah seorang motoris speedboat rute Pelabuhan Rum Tidore – Bastiong Ternate, mengaku sempat mengantar mendiang Sekktot Tikep, Asrul Sani Soleman, dari Ternate ke Tidore.
“Itu belum lama. Dalam bulan puasa kemarin sudah. Paitua (Almarhum Sekkot) sempat tanya ke saya lagi, puasa k tarada,” tuturnya.
Namun selang beberapa hari kemudian, orang nomor tiga di Tidore itu menghembuskan napas terakhir di RSUD Chasan Boesoirie Ternate, pada Sabtu dini hari (23/5).
Jubir Satgas Covid-19 Maluku Utara, dr. Alwia Assagaf, mengatakan berdasarkan hasil tes cepat molekuler (TCM) di Laboratorium RSUD Chasan Boesoirie, yang diterima pada Minggu (24/5), hasilnya positif Covid-19.
Dengan begitu, lanjut Alwia, almarhum yang diketahui sudah berusia 57 tahun dan berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) itu, tercatat kasus positif Covid-19 ke-100 di Malut. Sedangkan jumlah kasus meninggal karena Covid-19, kata dia, menjadi 5 orang.
Hal ini kemudian menuntut dilakukan Rapid Test massal terhadap seluruh motoris speedboat untuk rute Pelabuhan Rum, Tidore – Bastiong, Ternate oleh motoris tersebut.
Menanggapi hal itu, Wawali Tikep, Muhammad Sinen, menegaskan tetap akan dilakukan. Namun akan dimulai dari Aparatur Sipil Negara (ASN) di Tidore hingga di kelurahan yang terkategori zona merah.
“Tetap akan kita lakukan semua. Mulai dari juragan speedboat Rum – Bastiong hingga Sofifi –Ternate. Semua akan dilakukan rapid test,” jelasnya. (Kho)