HARIANHALMAHERA.COM–Tahun 2017 boleh dikata menjadi titik awal menggeliatnya pertanian holtikultura di Desa Akelamo Kao, Kecamatan Kao Teluk, Kabupaten Halmahera Utara (Halut).
Kelompok tani yang dipelopori oleh kaum muda itu, pada awalnya termotivasi saat mengikuti pelatihan pertanian yang diselenggarakan oleh PT. Nusa Halmahera Mineral (NHM) di Biang, Kao Teluk, waktu itu.
Ketua Kelompok Tani Sisabi Nyinga, Rais Hi. Umar, mengaku sebelumnya, semua jenis holtikultura yang masuk di Desa Akelamo Kao berasal dari luar Kao Teluk, yaitu Kecamatan Kao dan Kao Barat, lewat pedagang menggunakan sepeda motor.
Tapi bermodal semangat, kata Rais, tahun 2018 para kelompok tani secara swadaya kembali melakukan penanaman. “Tahun 2017 itu sempat tiga kali panen. Nanti di 2018 hasilnya melonjak dengan lima kali panen,” kata Rais, Selasa (6/10).
Memasuki 2019, Kelompok Tani Sisabi Nyinga mencoba membuat kolaborasi dengan menanam tanaman jenis hortikultura dan pangan.
Dan di tahun itu juga Kelompok Tani Sisabi Nyinga berhasil memenuhi permintaan PT. NHM dengan mensuplay 200 kilogram hasil pertanian dengan satu kali permintaan.
“Tapi selama tiga kali permintaan, PT. NHM sempat memutuskan kontrak karena dampak dari pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19),” ucapnya.
Namun sejak saat itu, sebagian petani di Kao Teluk, terutama di Desa Akelamo Kao, sudah menjadi petani holtikultura. Dampak positifnya, sebagian kecil hasil pertanian mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Dia menuturkan, awal tahun 90-an, sebagian petani sempat berfokus pada penanaman kelapa, cengkeh, dan pala yang dianggap lebih menjanjikan. Bahkan turut membudidayakan ikan air tawar di sekitar lahan pertanian.
Namun di tengah keberhasilan itu, Kelompok Tani Sisabi Nyinga belum pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Daerah maupun lembaga lainnya. “Sudah beberapa kali mereka mengunjungi lahan kami, tapi hanya sebatas dokumentasi dan mengubar janji,” ungkapnya.
Padahal, menurut dia, kelompoknya masih banyak kekurangan alat-alat pertanian. Termasuk bibit dan pupuk. Ini membuat mereka sedikit kesulitan menghasilkan hasil panen yang berkualitas. “Padahal, lokasi lahan kami berdekatan dengan aliran sungai. Tentu ini sangat strategis, karena kebutuhan air sudah tersedia,” katanya.
Rais mengaku sudah mencoba membuat proposal permohonan bantuan alat pertanian ke pemerintah, baik kabupaten maupun provinsi. Tapi lagi-lagi hanya janji yang didapat.
“Sekarang di tengah pandemi Covid-19 ini kami coba bertahan, dengan memenuhi kebutuhan masyarakat. Harga hasil pertanian yang kami beri juga jauh lebih murah dari harga di pasaran pada umumnya,” akunya. (cw/kho)