HARIANHALMAHERA.COM–Aktivitas belajar mengajar di sekolah jenjang menengah atas dan sederajat di Maluku Utara (Malut) berangsung-angsur mulai ke kondisi normal yakni pembelajaran tatap muka (PTM). Dimana hingga kini hampir semua sekolah baik SMA/SMK dan SLB di Malut yang berjumlah 375 sudah melaksanakan proses PTM.
Kepala Seksie (Kasie) Kurikulum SMA Dikbud Malut Ramli Kamaluddin menatakan, 375 sekolah yang sudah melaksanakan PTM ini yakni 213 SMA, 143 SMK dan 19 SLB
Namun begitu, PTM ini masih menggunakan sistem shift dengan menerapkan prokol kesehatan (prokes) ketat. Bahkan, ada dua sekolah yang masih mengombinasikan PTM dengan PJJ (pembelajaran jarak jauh) alias daring yakni SMAN 1 dan SMAN 4 Kota Ternate.
Sekolah yang mengombinasikan PTM dan PJJ ini dikarenakan jumlah siswanya cukup banyak. “Di SMA 1 siswa kelas 1 dua hari, kelas 2 dua hari kelas 3 dua hari berarti kan dorang pulang siang otomatis untuk satu Minggu semua guru tidak bisa mengajar lewat tatap muka sehingga selebihnya itu menggunakan daring,” katanya.
Meski sejauh ini pelaksanaan PTM belum ditemukan masalah, namun evaluasi akan tetap dilakukan Dikbud. Sebab, PTM ini masih dalam tahap simulasi. “Minggu depan akan dievaluasi,” katanya.
Jika hasil evaluasi nantinya didapati bahwa kebiasaan memetuhi protokol kesehatan (prokes) selama PTM ini sudah terbentuk di siswa, kemudian tidak ada masalah maka akan di lakukan perubahan lagi hingga semua sekolah bisa melaksanakan PTM tidak lagi PJJ.
“Perubahan misalnya satu hari kelas 1 tiga jam berikut lagi kelas 2 dan selanjutnya kelas 3 sehingga satu hari kelas 1 sampai 3 itu melakukan tatap muka demikian juga hari kedua sampai keenam. Kalau itu dilakukan maka semua melakukan tatap muka tanpa lagi daring,” tutupnya.
Meski hampir seluruh sekolah dibawah tanggungjawab Pemprov sudah mulai membuka sekolah tatap muka. Namun Kementerian Agama (Kemenag) meminta madrasah di semua jenjang untuk tetap menjalankan pembelajaran daring dari rumah. Diantara pertimbangannya kasus Covid-19 saat ini cenderung naik drastis.
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Ali Ramdhani mengatakan madrasah di lingkungan Kemenag saat ini masih berstatus belajar daring atau PJJ. Ketentuan ini berlaku untuk seluruh jenjang madrasah. Mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA).
Pejabat yang akrab disapa Dhani itu mengakui menurut sejumlah laporan hasil penelitian, pembelajaran dari rumah atau PJJ menimbulkan dampak negatif kepada siswa. Diantaranya adalah gangguan psikososial yang dialami para siswa. Dampak negatif ini diantaranya muncul karena anak kurang berinteraksi dengan guru, teman, dan lingkungan sekitar.
Selain itu ditambah tekanan akibat sulitnya transformasi atau menyerap pelajaran membuat anak didik menjadi stres. Belum lagi jika ada guru yang cenderung memberikan banyak tugas kepada siswa saat melakoni PJJ di tengah pandemi. Selain itu siswa selama belajar dari rumah juga berpotensi stress karena kekerasan dari orang tuanya.
Untuk mengatasi dampak tersebut, Dhani menjelaskan Kemenag sudah menyiapkan kurikulum darurat. ’’Sebenarnya (kurikulum darurat, Red) ini sudah disiapkan tahun lalu. Dan semakin relevan saat pandemi menunjukkan grafik naik drastis,’’ katanya Senin (8/2).
Dalam kondisi darurat di tengah pandemi, pembelajaran tidak bisa berjalan normal. Sehingga dibutuhkan kurikulum darurat yang menyesuaikan kondisi di sekolah maupun kemampuan siswa. Dhani mengatakan dalam kurikulum darurat itu, pembelajaran menekankan pada pengembangan karakter, akhlak mulia, dan kemandirian siswa. Sementara untuk pemenuhan aspek kompetensi dasar maupun inti, tetap mendapatkan perhatian tetapi dalam kadar atau skala tertentu.
Dhani mengatakan sampai sekarang belum bisa dipastikan pandemi Covid-19 berjalan sampai kapan. Untuk itu dia meminta seluruh madrasah untuk terus memahami dan menerapkan kurikulum darurat tersebut dengan baik. Sehingga siswa tidak mengalami dampak negatif pelaksanaan PJJ seperti stress berlebih atau gejala psikososial lainnya.(lfa/jpc/pur)