TAHAPAN kampanye sudah usai. Capres-cawapres, calon DPD, caleg, dan partai politik (parpol) sudah mencurahkan semua isi hati untuk memikat 192.866.254 pemilih yang tersebar di 34 provinsi, 416 kabupaten/kota, sekira 8.416 kelurahan, dan 74 ribu desa.
Kampanye selama hampir sebulan sudah mengeluarkan energy yang cukup banyak. Tenaga, pikiran, bahkan materi (biaya politik) yang cukup fantastis (mungkin) menyentuh angka triliunan rupiah jika ditotalkan.
Tidak hanya peserta pemilu, negara lewat penyelenggara Pemilu 2019 juga sudah mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit. Karena itu, bila menggunakan akal sehat tentunya semua tidak ingin jika pemilu ini sia-sia dan anggarannya mubasir.
Artinya, mari bersama-sama bergandengan tangan menjaga pesta demokrasi ini berjalan dengan lancar, aman, damai, jujur, adil, dan beradab. Inilah masa tenang. Masa intropespeksi, masa untuk menuntukan pilihan sesuai hati nurani, masa untuk menguatkan hati. Karena setiap akhir pertandingan, pasti ada yang menang dan ada yang kalah.
Sekarang waktunya bagi pemilih dan ‘wasit’ pemilu, yakni penyelenggara untuk menunaikan tugas mereka. Bagi para peserta pemilu, arifnya beristirahat dari kerja panjang yang sudah menguras sumber daya. Biarkan pemilih menentukan pilihan dan biarkan penyelenggara mempersiapkan sarana pesta.
Para peserta pemilu, tidak usah menyibukkan diri lagi, apalagi bertindak merusak pesta dengan melakukan praktik politik uang. Yakinlah dengan usaha yang sudah dilakukan sejak tahapan dimulai. Percayalah masyarakat akan memilih dengan jujur, jika peserta memberikan kepercayaan.
Demikian pula penyelenggara, kredibilitas Anda sangat menentukan kualitas pemilu. Laksanakan tugas sebagaimana sumpah yang sudah diucapkan. Ratusan juga warga negara ini sudah memberikan amanah. Jangan sampai dikhianati yang berakibat munculnya gugatan hukum.
Semua sudah ada aturannya. Jika ada yang nekat melanggar aturan, sanksinya sudah jelas. UU Pemilu dan peraturan KPU sudah merincinya. Mari sama-sama menenangkan diri. Gunakan akal sehat, gunakan hati nurani.
Di masa tenang saat ini, mari perkuat simpul-simpul silaturahim yang sempat longgar saat masa kampanye. Jangan ada lagi hoaks, fitnah, dan menebar ujaran kebencian. Yakin;ah, siapapun yang terpilih nanti, mereka sudah berjanji untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Itulah yang harus dikawal, realisasi janji-janji kampanye.
Selamat merenung, selamat memilah, dan selamat memilih. Ingatlah slogan KPU, ‘Pemilu Berdaulat Negara Kuat’. (*)