HARIANHALMAHERA.COM–Presiden Joko Widodo (Joko Widodo) meyakini tahun ini pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara (Malut) akan kembali mencatatkan angka tertinggi dan berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2022, perekonomian Malut pada triwulan II tumbuh sebesar 27,74 persen dari Agustus 2021. Angka ini menjadikan Malut menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia untuk periode triwulan II, bersama Papua sebagai yang berada di urutan kedua, serta Sulawesi Tengah (Sulteng) tertinggi ketiga.
Adapun salah satu pendorong utama perekonomian Malut adalah melesatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan hingga 114m,45 persen.
“Di Provinsi Maluku Utara, dengan adanya industri tambang di sini yang sudah masuk dari mentah ke smelter, pertumbuhan ekonomi pasti akan di atas rata-rata nasional, saya pastikan itu,” ujar Jokowi di Pasar Rakyat Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Malut, (28/9)
Capaian positif itu dikatakannya membuat ekonomi di Malut bergerak kencang, termasuk di pasar. Untuk itu, kepala negara meminta agar seluruh pihak dapat menjaga situasi agar tetap kondusif di setiap kabupaten, kota, maupun provinsi.
“Ini yang harus dijaga terus, kondusivitas setiap kabupaten, kota, maupun provinsi karena di sini mungkin—saya belum membandingkan dengan provinsi lain—menjadi salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, Maluku Utara,” imbuhnya.
Jokowi pun meyakini pertumbuhan ekonomi di Halbar juga berada di atas angka pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Jokowi, hal tersebut bisa dilihat dari geliat ekonomi masyarakat di pasar-pasar tradisional seperti di Pasar Rakyat Jailolo yang ia kunjungi.
“Halmahera Barat saya belum cek ke BI pertumbuhan ekonominya seperti apa, tetapi kalau melihat daerah di pasar seperti ini, ya saya kira hampir mirip-mirip sama, rata-rata ya tapi pasti di atas (persentase) nasional,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden juga mengatakan bahwa salah satu tujuan melakukan kunjungan kerja ke daerah adalah untuk melihat secara langsung kondisi infrastruktur di daerah, termasuk belum adanya jalan nasional di Provinsi Malut.
Menurutnya, masih banyak daerah terpencil yang membutuhkan infrastruktur serupa. “Ya, negara ini dari Sabang sampai Merauke ini banyak sekali, 514 kabupaten/kota yang semuanya ada pulau terpencil, di sebelah barat misalnya Nias, Simeulue, Pulau Mentawai, dan juga yang ada di Bangka Belitung. Di sebelah timur juga kemarin kita baru ke Maluku Barat Daya, itu semuanya butuh. Kenapa saya turun ke bawah? Untuk memastikan hal-hal yang tadi Saudara-saudara tanyakan, seperti apa lapangannya, seperti apa kondisi ekonominya,” tandasnya.
Presiden juga merespon anjloknya harga sejumlah komoditas di Malut salah satunya kopra. Menurutnya, harga sejumlah komoditas banyak yang ditentukan oleh pasar internasional, termasuk kopra yang sedang mengalami penurunan.
Seperti halnya produk lain di pasar internasional, harga kopra juga ditentukan oleh mekanisme pasar yang sulit untuk diintervensi. “Kopra ini kan komoditas yang harganya banyak ditentukan oleh internasional. Naik turunnya sebuah komoditas itu sulit diintervensi oleh pemerintah. Sama dengan CPO (crude palm oil)/kelapa sawit, sama seperti dulu waktu (harga) sawit jatuh, ya kita, karena itu komoditas internasional, kopra juga sama, karena masuknya sudah masuk ke pasar bebas,” ujarnya.
Lebih jauh, Presiden menyebut bahwa ia telah mendengar aspirasi para petani yang mengeluhkan jatuhnya harga kopra. Untuk itu, Jokowi akan mengecek secara detail permasalahannya seperti apa.
“Saya mau cek detail seperti apa problemnya. Kalau pemerintah bisa mengintervensi, tapi pasar tidak bisa, mekanisme pasar tidak bisa diintervensi,” imbuhnya.
Dia juga menjelaskan bahwa harga sebuah komoditas selalu berubah baik mengalami kenaikan maupun penurunan. Menurutnya, harga kopra yang sedang turun juga dipengaruhi oleh situasi dunia yang tidak menentu.
“Komoditas itu ada yang naik, ada yang turun. Sekarang yang banyak naik (harga) batu bara, CPO, nikel. Nah, ini pas (harga) kopranya turun tapi belum tentu nanti akan naik lagi karena memang situasi dunia tidak pasti,” tandasnya.(lfa/pur)