Halut

Wabup Halut Luncurkan Buku, Tiga Tokoh Malut Jadi Pembedah

×

Wabup Halut Luncurkan Buku, Tiga Tokoh Malut Jadi Pembedah

Sebarkan artikel ini
Launching Buku sekaligus bedah buku hasil karya Wabup Halut, Dr. Hi. Kasman Hi. Ahmad

HARIANHALMAHERA.COM– meski ditengah kesibukan melayani masyarakat Halmahera Utara (Halut) dan menjalankan roda pemerintahan sebagai Wakil Bupati Halmahera Utara (Halut), namun semangat menulis dan jiwa akademisi sang mantan Rektor UMMU, Dr. Hi. Kasman Hi. Ahmad, belum pernah surut. Buktinya, putra asli Halut itu kembali menunjukkan kiprahnya di dunia intelektual dengan meluncurkan buku berjudul “Pendidikan Sebagai Strategi Kebudayaan”.

Buku tersebut resmi dilaunching dan dibedah oleh tiga tokoh, yakni Prof. Dr. Gufran A. Ibrahim, Prof. Julianus Majau, dan Drs. A. Malik Ibrahim, yang berlangsung pada Jumat (5/9) malam di kediaman Wabup Halut. Acara ini pun turut dihadiri Bupati Halut Dr. Piet Hein Babua, Sekda E. J. Papilaya, Ketua DPRD Cristina Lesnusa, para akademisi, pimpinan OPD, hingga organisasi kepemudaan.

Prof. Gufran A. Ibrahim dalam paparannya memberikan apresiasi tinggi kepada penulis. “Di tengah kesibukannya sebagai Wakil Bupati, beliau tetap mampu melahirkan karya bermutu. Ini menunjukkan kapasitas multitasking yang jarang dimiliki. Bahkan, dalam setahun beliau mampu menyelesaikan dua buku. Ini prestasi langka,” puji mantan Rektor Unkhair itu.

Sementara itu, Prof. Julianus Majau menilai hadirnya buku ini penting sebagai ruang dialektika pemikiran. “Kepala daerah tidak cukup hanya mengelola administrasi. Ia harus membangun gagasan kritis agar publik memiliki ruang wacana. Tanpa itu, kebijakan publik kehilangan arah,”tegasnya.

Pembedah ketiga, Drs. A. Malik Ibrahim, menyoroti buku ini sebagai refleksi kepemimpinan berbasis humanitas. “Kepemimpinan bukan lagi sekadar kompetisi otoritas, tapi kolaborasi kemanusiaan. Buku ini membedah dimensi sejarah, sosial, dan budaya Pangaji serta adaptasinya di era modern. Ini sejalan dengan teori Darwin: Survival of the fittest. Yang bertahan bukan yang terkuat, tapi yang paling adaptif,”jelasnya.

Malik menambahkan, kunci keberlangsungan suatu bangsa adalah inovasi yang lahir dari pendidikan dan kebudayaan. “Buku ini memberi pesan, hanya dengan membangun tradisi berpikir kritis dan berbudaya kita bisa bertahan di tengah arus perubahan global,”tuturnya.(cal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *