HARIANHALMAHERA.COM–Orientasi pendidikan bagi mahasiswa, umumnya masih sekadar mengejar ijazah dan gelar. Hal ini wajar karena dunia kerja masih menjadikan gelar dan ijazah sebagai syarat utama.
“Padahal, pendidikan tinggi harus lebih memberikan ouput bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya,” kata Kepala LLDikti Jabar & Banten Uman Suherman saat menjadi keynote speaker pada Stadium Generale Kolaborasi dan Akselerasi Kualitas SDM Indonesia Era Revolusi Industri 4.0 yang digelar ARS University di Ballroom Hotel Golden Flower, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, akhir pekan ini, dikutip dari Republika.co.id.
“Bagaimana pendidik di kita ini, kami bisa mengembangkan karakter dan memiliki kapasitas pribadi. Sehingga tidak hanya fokus pada pengembangan keterampilan, tetapi juga perlu dibangun sikap dan perilaku yang memberi kontribusi kepada masyarakat,” sambungnya.
Uman mengatakan, keberhasilan seseorang menuntut ilmu tak hanya ditunjukkan pada ijazah dan gelar. Tapi harus dibuktikan di tengah masyarakat dan berkontribusi terhadap masyarakat. Terutama, membantu dalam memecahkan persoalan di lingkungan sekitar.
Untuk mencapai itu, kata dia, perguruan tinggi harus mempertimbangkan beberapa unsur unsur pokok dalam memberikan pendidikan kepada mahasiswanya. Pertama, ikut membantu menambah wawasan melalui transfer of knowledge. Kedua, dosen harus menunjukkan transfer of culture, termasuk pengabdian kepada masyarakat.
“Kampus ini memilki tanggung jawab pengembangan ke masyarakat,” katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong agar mereka menjadi solusi atas persoalan yang ada. Makanya, dia bekerja sama dengan kampus dan kampus dengan industri agar kurikulum kampus relevan dnegan kebutuhan mayarakat.
Tapi, kata dia, tuntutan itu akan sulit dipenuhi, bila tidak ada kompetensi dari sivitas akademika kampus. Mereka harus memastikan, apakah perkuliahan dilakukan denga proses yang benar, laboratorium berjalan secara benar, dan lainnya.
“Dan semua proses itu bisa benar bila dosen punya kapasitas yang baik. Itu menjadi program kami kepada dosen. Misalnya, dosen harus punya kualifikasi akademik, jabatan akademik, sertifikat akademik, dan yang terdorong adalah dosen produktif,” paparnya.
Sementara, Rektor ARS University Purwadhi mengatakan, menghadapi zaman yang terus berubah, mahasiwa juga mesti punya mindset terbuka. Pendidikan yang sedang dijalani di perguruan tinggi, mestinya tidak untuk mendapat ijasah dan gelar.
“Menurut Pak Menteri, ijazah dan gelar itu tidak memberi apa-apa. Jadi di sini, mahasiswanya harus berubah,” katanya.
Mahasiswa, kata dia, harus memiliki pengetahuan dan ada kecakapan baru. Misalnya untuk S2 punya kecakapan strategi mampu analisa keadaan. Yakni, dari pemikiran sederhana, menjadi kompleks.
ARS University, kata dia, terus mendorong agar mahasiwa memiliki pemikiran terbuka. Salah satunya acara serius general yang dilakukan kali ini, dalam rangka memberi wawasan kepada mahasiswa tentang mindset baru. Yaitu kampus yang merdeka belajar.
Ketua Yayasan Graha Harapan Generasi (YGHG) Joddy Hernady, mengapresiasi kegiatan yang dilakukan ARS University. Kegiatan ini penting digelar di tengah zaman yang berubah begitu cepat. Mahasiswa mesti didorong untuk mengetahui kondisi kekinian memulai kegiatan positif yang difasilitasi perguruan tinggi.(rep/fir)