HARIANHALMAHERA.COM Kebijakan pemerintah menghentikan impor makanan, bahan makanan, dan minuman dari Tiongkok memantik reaksi dari pemerintah Tiongkok.
Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia H.E. Xiao Qian menegaskan, sejak awal Tiongkok mementingkan penanganan wabah virus korona. Dia mengklaim bisa mengontrol dan bakal menang terhadap virus tersebut. Karena itu, dia berharap pemerintah Indonesia bisa mengambil tindakan yang lebih masuk akal, realistis, dan tidak berlebihan.
Baca juga: AGK Minta 15 TKA Tiongkok di Karantina
’’Dalam situasi ini kita harus tenang, jangan overreaction supaya memberikan dampak positif pada perdagangan dan pariwisata. Tadi saya lihat di berita, pemerintah Indonesia akan menghentikan impor makanan dan minuman dari Tiongkok untuk mencegah virus masuk. Kami sudah melihat dan sangat memberikan perhatian terhadap tindakan-tindakan tersebut,” tegas Dubes Xiao Qian kemarin (4/2).
Menurut dia, hingga kini belum ada bukti bahwa virus korona bisa ditularkan lewat barang-barang impor. Dia meminta Indonesia dan negara lain mengikuti saran WHO. Dia menganggap penghentian impor dari Tiongkok akan mengakibatkan pandangan negatif. Hal itu justru merugikan hubungan perdagangan dua negara. ’’Akan memberikan dampak negatif. Kerja sama yang selama ini ada, bisa mengakibatkan dampak yang tak diinginkan,” jelasnya.
Xiao Qian meyakini Tiongkok dan Indonesia adalah tetangga dan saudara yang baik. ’’Indonesia semoga mematuhi international health regulation dan saran WHO. Ambil tindakan pencegahan yang rasional, bukan overreaction, agar tak menimbulkan gangguan,” katanya.
Dia berharap Indonesia mengikuti saran WHO bahwa tak perlu melakukan pembatasan penerbangan dan perdagangan dengan Tiongkok. Menurut dia, WHO tak setuju, bahkan berkeberatan dengan segala pembatasan travel.
Baca Juga: 15 TKA Tiongkok di PT IWIP Bebas Korona
’’Artinya, jika ada pembatasan, itu tak sama dengan saran WHO,” katanya. Menurut dia, kebanyakan negara di dunia mengambil langkah masuk akal dan rasional. Misalnya, memperketat lalu lintas orang di bandara, melakukan karantina, dan mengecek penumpang di pelabuhan. Pemeriksaan terhadap turis dari Tiongkok juga bisa dipahami.
’’Harus dihitung dulu tahap demi tahap berapa kerugian kami. Tiongkok itu sudah delapan tahun jadi mitra perdagangan terbesar bagi Indonesia. Dan, Tiongkok adalah negara kedua terbesar sumber wisatawan asing. Tiap tahun ada 2 juta turis dari Tiongkok ke Indonesia. Tiongkok adalah sumber investasi terbesar di Indonesia,” ujarnya.
Dia berharap Indonesia bisa lebih bijaksana. Sebab, jika tidak, keputusan itu bisa merugikan Indonesia. ’’Mengambil kebijakan pembatasan penerbangan dan perdagangan sebenarnya merugikan ekonomi dan perdagangan serta pariwisata Indonesia sendiri,” tandasnya. (jpc/pur)