HARIANHALMAHERA.COM – Kegaduhan yang dilakukan Wagub, M Al Yasin Ali di pelantikan pejabat eselon II Senin (16/3) lalu, dianggap bukan hal mengejukan dibalik disharmonisasi antara Wagub dengan Gubernur Abdul Ghani Kasuba (AGK).
Ancaman keretakan hubungan kedua pucuk pimpinan ini sudah mulai tampak sejak awal pasca dilantik sebagai Gubernur dan Wagub terpilih.
Penilaian ini datang dari Akademisi Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (Malut), Helmi Alhadar. Kepada wartawan, dosen Ilmu Komunukasi itu mengungkapkan, ketidakakuran AGK dan Al Yasin dikarenakan komunikasi antara keduanya tidak terbangun dengan baik, termasuk dalam menyusuk kabinet. “Lemah dan rapuhnya komunikasi ini kemudian oleh kepentingan pihak lain jadi ikut memperburuk situasi keduanya,” jelasnya.
Dia menilai, Al Yasin sendiri sepertinya sudah mulai menyadari posisinya sebagai Wagub yang terus melemah. Buktinya, usulannya menempatkan Fhemy Alting di kursi kepala BPDB ditolak. “Sehingga menimbulkan reaksi tidak terkontrol pada waktu pelantikan kemarin,” terangnya Rabu (18/3).
Menutunya, reaksi yang dilakukan Wagub mengindikasikan bahwa orang nomor dua di Malut itu sudah gerah dengan ulah AGK yang kadang terkesan telah menyelepelekan masalah.
Namun begitu, dia menyayangkan tindakan wagub sebab sebagai pejabat, perilaku tersebut tidak sepatutnya dipertontonkan di hadapan publik.
Apalagi, peristiwa memalukan itu terjadi di tengah maraknya kasus penularan virus Korona yang harusnya menjadi momentum bagi elit di pemerintahan untuk lebuh menjalin kekompakan. “Mereka adalah pemimpin, dan pemimpin seharusnya menjadi panutan masyarakat,” katanya. (tr3/pur)