EkonomiNasional

Optimisme Masyarakat Mulai Tumbuh

×

Optimisme Masyarakat Mulai Tumbuh

Sebarkan artikel ini
MELISTRIKI: Petani beraktivitas di persawahan. PLN akan memberdayakan pertanian dengan listrik

HARIANHALMAHERA.COM–Masyarakat yakin krisis ekonomi nasional akan terlewati. Perekonomian bakal kembali pulih. Salah satu indikasinya adalah naiknya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia (BI) pada Agustus meskipun tipis. Angkanya mencapai 86,9. Sebulan sebelumnya, IKK tercatat 86,2.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menuturkan bahwa keyakinan konsumen menguat. Khususnya, pada masyarakat dengan pengeluaran Rp 2 juta–Rp 4 juta per bulan. Didorong oleh keyakinan terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan pembelian barang tahan lama. ”Secara spasial membaik di delapan kota. Kenaikan tertinggi terjadi di Surabaya. Disusul Manado dan Denpasar,” kata Onny kemarin (8/9).

Kendati demikian, ekspektasi konsumen terkait kondisi perekonomian dalam enam bulan mendatang tetap lemah. Pada Agustus, angkanya hanya 118,2. Itu lebih rendah ketimbang indeks Juli yang sebesar 121,7. Bersamaan dengan itu, pertambahan kasus harian Covid-19 pada akhir Agustus mencapai 3 ribu orang per hari. ”Akibatnya, ekspektasi penghasilan dan kegiatan usaha ke depan tidak sekuat bulan sebelumya,” beber Onny.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef ) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, kenaikan IKK belum mencerminkan tingkat keyakinan konsumsi rumah tangga. Apalagi, menurut dia, kenaikan itu ada kaitannya dengan program bantuan sosial (bansos), subsidi gaji pemerintah, serta stimulus bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan memengah (UMKM).

Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat bahwa tingkat konsumsi masyarakat masih lemah. Penyaluran anggaran perlindungan sosial yang diharapkan mendorong konsumsi masyarakat prasejahtera malah kontribusinya rendah. Apalagi, masyarakat kelas menengah atas cenderung menunda belanja akibat meningkatnya kasus Covid-19. ”Yang notabene penghasilannya tidak terganggu cenderung menahan belanja karena khawatir terhadap persebaran virus,” terang Josua. (jpc/pur)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *