HARIANHALMAHERA.COM – Jordi Mestre tidak menyesal meninggalkan kursi wakil presiden bidang olahraga FC Barcelona pada Juli tahun lalu. Sebab, pria yang bergabung dengan Barca sebagai direktur sepak bola junior sedekade lalu itu sudah mencium ketidakberesan dalam internal dewan direksi klub.
”Civil war.’’ Begitu Mestre mengibaratkan kisruh tersebut dalam wawancara dengan Diario AS kemarin (10/4). ”Petinggi klub sudah terpecah. Saya sudah melihatnya sebelumnya dan itulah alasan mengapa saya pergi. Kami semua sudah tak akur,” ucap Mestre. ”(Bom waktu tersebut) sekarang meledak dan itu tidak mengejutkan saya sama sekali,” imbuh pria 58 tahun kelahiran Barcelona tersebut.
Bom waktu itu memang meledak kemarin. Enam petinggi Barca mengundurkan diri. Emili Rousaud (wakil presiden), Enrique Tombas (bendahara), Silvio Elias (direktur tim cadangan sekaligus juru bicara klub), Josep Pont (pengawas operasional komersial klub), serta Maria Teixidor dan Jordi Calsamiglia (masing-masing direktur).
Dari surat pengunduran diri, mereka berenam berseberangan dengan Presiden Josep Maria Bartomeu terkait sejumlah kebijakan klub belakangan ini. Mundo Deportivo menyebut, Rousaud sengaja disingkirkan Bartomeu untuk menjegalnya dari pencalonan presiden Barca tahun depan. Bartomeu yang tidak bisa menjabat lagi karena sudah dua periode diklaim memiliki jagoan tersendiri.
Pada medio Februari lalu, Bartomeu ditengarai menggunakan buzzer, sebuah perusahaan bernama I3 Ventures, untuk pencitraan dan melindungi dewan direksi dari kritik atas kinerja buruk. Sport melansir, I3 Ventures menyerang akun media sosial (medsos) para legenda klub seperti Xavi Hernandez dan Carles Puyol yang digadang tertarik maju sebagai presiden Barca tahun depan. Akun medsos pemain senior seperti Lionel Messi dan Gerard Pique juga ikut diserang.
Skandal yang kemudian disebut Barcagate itu melengkapi masalah Barca di berbagai aspek sepanjang musim ini. Dari sisi teknis, ada pemecatan entrenador Ernesto Valverde yang merembet ke perseteruan antara Direktur Olahraga Eric Abidal dan kapten tim Lionel Messi. Juga kebijakan pemotongan gaji sebesar 70 persen di masa pandemi Covid-19 yang membuat relasi pemain dan dewan direksi klub memburuk.
Efek domino dari semuanya bakal berujung pada gagalnya janji Bartomeu membawa Barca meraih pendapatan EUR 1,05 miliar (Rp 18,1 triliun) musim ini. Pria 57 tahun itu memang berambisi menjadi presiden pertama dalam sejarah sepak bola yang bisa mencatatkan pendapatan hingga menembus satu miliar euro.
’’Tidak ada pemasukan dari penjualan tiket, hak siar, toko, atau museum. Skenario yang sedang kami kerjakan sekarang adalah untuk melanjutkan kompetisi (La Liga, Red) sebelum 30 Juni dan tuntas pada Juli atau Agustus dengan penonton bisa masuk stadion (untuk menambah pendapatan klub, Red),’’ ucap Bartomeu sebagaimana dilansir Forbes.
PR (pekerjaan rumah) Bartemou pun berrtambah seiring mundurnya enam petinggi klub. Sebab, Dewan Direksi Barca saat ini hanya beranggota 13 orang. Secara mekanisme, dibutuhkan minimal satu orang lagi supaya roda klub tetap berputar.(jpc/pur)